Dampak Anak Perokok Pasif
Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, di seluruh dunia, diperkirakan sepertiga orang dewasa terpapar secara reguler terhadap asap rokok orang lain (menjadi perokok pasif). Paparan terhadap asap rokok orang lain ini menyebabkan sekitar 600.000 kematian dini tiap tahun. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh paparan asap rokok, 47 persen terjadi pada kalangan perempuan.
Dalam setiap keluarga dengan orang tua perokok, dapat dipastikan, anaknya akan menjadi perokok pasif atau dikenal dengan sebutan secondhand smoke. Meski Anda atau papa tidak merokok di dekat anak, asap rokok dapat menempel di mana saja, sehingga partikel-partikel yang terkandung di dalam asap rokok tersebut bisa terhirup si kecil saat berdekatan dengan Anda.
Dr. Nastiti N. Rahajoe, Sp.A(K), spesialis anak yang sekaligus konsultan respirologi, mengatakan, ÒAsap rokok, selain sebagai pencetus langsung, juga menyebabkan reaksi badan terhadap pencetus lainnya makin hebat. Asap rokok mengubah struktur kekebalan tubuh dari alat napas, sehingga kalau ada penyakit seperti misalnya Tubercolosis, dampaknya akan semakin berat.Ó Anak yang terus-menerus jadi perokok pasif juga lebih berisiko menderita penyakit saluran pernafasan seperti asma, batuk, bronchitis, bahkan kanker paru-paru.
Sebuah laporan yang dirilis di European Heart Journal menyebutkan, merokok pasif dapat menyebabkan kerusakaan permanen bagi pembuluh darah. Anak yang tumbuh di rumah penuh asap rokok mengalami perubahan dinding pembuluh darah utama yang terbentang dari leher ke kepala Penebalan dinding pembuluh darah ini akan meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke di kemudian hari.
Penulis riset Dr Seana Gall dari University of Tasmania mengatakan: "Orang tua, atau bahkan orang yang berpikir ingin jadi orang tua, harus berhenti merokok. Hal ini tidak hanya akan memulihkan kesehatan mereka sendiri tetapi juga melindungi kesehatan anak-anak mereka ke masa depan."