Cepat Tangani Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut dr. Setyo Handryastuti, Sp.A(K), staf Divisi Neurologi Anak - FKUI/RSCM dan dokter di Klinik Anakku, “Begitu mencurigai anak berbeda dengan anak lain, sebaiknya orang tua langsung ke dokter anak. Biasanya, dokter akan melakukan screening untuk menentukan apakah anak normal atau tidak.
Perkembangan anak, terutama otaknya, akan berlangsung sampai ia berusia 5 tahun. Dan perkembangan otak terdiri atas motorik kasar, motorik halus, bicara bahasa, interaksi, dan kecerdasan. Kalau tidak normal, ini bisa berarti terlambat semua atau hanya beberapa domain yang terlambat.”
Sebetulnya, sebelum usia 5 tahun, ada gangguan yang bisa langsung diberi diagnosis karena cirinya jelas. Misalnya, anak Down Syndrome. Namun, ada juga yang tidak bisa atau belum bisa diberi diagnosis apapun. Misalnya, ADHD. Namanya juga balita. Ada yang aktifnya biasa saja, tidak aktif, dan aktifnya memang super (hiperaktif).
Pada usia ini, anak masih dalam masa eksplorasi dengan lingkungannya. Semua ingin dibuka, dituang, dipanjat, dilompati, dll. Jika anak sudah di usia sekolah, barulah bisa yakin kalau ia ADHD. Di usia ini, seharusnya ia sudah bisa duduk manis dan tidak mengganggu interaksi sosial dan lingkungannya.
Prof. Frieda menambahkan, “Selain dokter anak, yang boleh menegakkan diagnosis adalah psikolog. Nah, diagnosis ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur assessment yang bertanggung jawab. Misalnya, DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV). Di sini, bisa dilihat apakah anak memenuhi kriteria dan kategori, seperti autisme, ADHD, ODD (Oppositional Defiant Disorder), dll.”
Dalam penanganan anak berkebutuhan khusus ini, idealnya memang pendekatan dilakukan secara integrasi, kata Prof. Frieda lagi. Mungkin kita bisa mencontoh negara tetangga yang membuat semacam assessment center di mana terdapat dokter, psikolog, neurolog, dan terapis (okupasi, wicara, dll). Dengan begitu, anak akan mendapat yang tepat sejak dini, bahkan dari lahir.