Cara Terbaik Menerapkan Disiplin pada Anak
Dengan mengembangkan batas-batas, Anda mengenalkan kepada anak tentang kenyataan yang terjadi di dunia atau kehidupan sehari-hari, yang punya banyak sekali peraturan. Dan, meningkatkan sikap respek yang sehat terhadap perkataan Mama dan Papa akan mempermudah Anda menekankan batas-batas penting kelak di kemudian hari.
Menerapkan Aturan
Cara terbaik untuk meletakkan dasar disiplin adalah membuat semua aturan di rumah terasa sederhana dan jelas. Contohnya, “Tidak boleh memukul,” atau, “Tidak boleh naik-naik ke meja.”
Menangani Perilaku Buruk
Pilih hal-hal apa saja yang mau Anda masalahkan. Putuskan apakah suatu reaksi yang Anda lakukan itu perlu dilakukan. Jika Anda keras terhadap segala hal, dari anak merengek saat mau tidur sampai menggigit orang lain, Anda hanya akan membuat siapa pun kesal. Dan, usaha Anda untuk menerapkan disiplin akan sangat jauh dari efektif, jika Anda fokus kepada hal-hal yang menjadi masalah Anda saja.
Katakan Tidak
Jika anak melakukan kesalahan, seperti memukul temannya, katakan segera dengan tegas, “Tidak boleh memukul.” Jika anak sudah lebih besar, Anda juga bisa meminta dia meminta maaf. Walaupun begitu, batasi penggunaan kata “tidak” hanya untuk perilaku buruknya saja. Karena, kalau tidak, anak akan mengabaikan Anda. Jika dia melakukan sesuatu yang tidak Anda sukai, yang sebenarnya tidak terlalu berbahaya atau menyakiti siapa pun (misalnya, mencoret-coret tangannya dengan spidol), katakan saja, “Kalau mau menggambar, di kertas saja, ya, Nak.”
Buat Konsekuensi
Carilah konsekuensi yang berpengaruh terhadap anak. Ini bisa saja mengambil atau menahan satu hal istimewa yang dia miliki, atau meminta dia melakukan sesuatu yang tidak dia sukai. Anak usia 2 tahun ke atas bisa khawatir dengan sebuah peringatan, seperti, “Kalau kamu terus-terusan melempar-lempar pasir, kamu tidak boleh main di kotak pasir itu.” Anda harus serius dengan konsekuensi yang sudah Anda katakan. Anak tidak akan menganggap Anda serius, kalau Anda sendiri juga tidak serius.
Konsisten
Anak-anak senang menguji Anda, dan tanpa konsistensi, aturan-aturan akan sangat mudah dirobohkan. Jika Anda teguh dengan aturan-aturan yang sudah dibuat, pada akhirnya anak akan menyadari bahwa tingkah polahnya yang tidak Anda sukai mempunyai konsekuensi yang dia tidak suka.
Miliki Empati
Tunjukkan kepada anak bahwa Anda tahu perasaannya. “Mama tahu bagaimana kesalnya kamu. Mama juga ingin, sih, bisa bermain di taman sepanjang hari, tetapi….” Tahu bahwa Anda memahami dia, akan membuat anak lebih tenang.
Buat Kesepakatan
Jika anak tidak juga mau tidur, tawarkan kepada dia apakah lampu di lorong depan kamarnya tetap menyala. Baginya, ini semacam kompromi, tetapi Anda tidak terlihat mundur dan lebih kendur. Contoh lainnya, alih-alih menawari dia sogokan, misalnya memberi dia permen, jika dia berhenti menangis, berikan penghargaan untuk perilakunya yang baik. Misalnya, jika dia tetap berada di sisi Anda saat berbelanja di supermarket, Anda berjanji akan berhenti di sebuah taman dalam perjalanan pulang nanti.
Tawarkan Opsi Lain.
Saat anak melanggar sebuah peraturan, tunjukkan sebanyak mungkin perilaku alternatif yang bisa diterima. Jadi, saat Anda mengatakan, “Jangan buang-buang dompet Mama, dong!” ikuti dengan nasihat, “Yuk, buang kayu-kayu mainan ini saja….”
Berikan Pujian
Bentuk disiplin yang paling kuat adalah memberikan pujian terhadap perilaku baik, dan ini berlaku untuk semua usia anak. Makin sering dipuji, anak makin kuat keinginannya untuk berperilaku baik.
Juga, cobalah menambahkan larangan, “Kita nggak boleh memukul, lho,” dengan kata-kata yang bersifat memberi dorongan semacam, “Kamu mengelus anjing itu dengan lembut, ya.…”