Waktu liburan biasanya ikut ditandai dengan melonggarnya berbagai peraturan yang biasa diterapkan di rumah. Tak terkecuali peraturan untuk mengonsumsi makanan sehat. Alhasil, beraneka jenis jajanan—mulai dari keripik kentang, es lilin, hingga gorengan, meluncur ke dalam perut si kecil tanpa kenal waktu. Tak heran bila diare menjadi salah satu jenis penyakit yang biasa menyerang di kala liburan, terutama pada anak yang daya tahan tubuhnya lemah.
 
Apa penyebabnya? Selain karena infeksi virus—yang menjadi mayoritas penyebabnya, diare juga bisa disebabkan infeksi bakteri serta reaksi alergi.
 
Gejala: Diare ditandai dengan pup dalam frekuensi lebih sering dari biasanya (lebih dari 5 kali sehari) dan bentuk feses yang cenderung berair. Diare juga terkadang disertai gejala demam dan muntah. Akibat pengeluaran cairan berlebihan ini, anak juga seringkali tampak lesu dan lemah.
 
Tindakan P3K: Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memastikan bahwa si kecil cukup minum untuk menggantikan cairan tubuhnya yang hilang. Pemberian cairan elektrolit seperti oralit ataupun pedialit juga penting untuk membantu mempertahankan kondisi tubuhnya. Hindari memberikan obat penghenti buang air besar sebelum berkonsultasi pada dokter, karena hal itu bisa menghambat pengeluaran racun dari dalam tubuh si kecil.
 
Kapan ke dokter? Segera temui dokter jika diare menyerang bayi berusia di bawah 3 bulan atau diare disertai pula dengan gejala demam, muntah-muntah, sakit perut hebat, dan feses mengandung lendir atau darah. Bawa pula si kecil ke dokter jika ia menunjukkan gejala dehidrasi, yaitu mulut dan bibir tampak kering, nyaris tidak mengeluarkan air mata kala menangis, penurunan frekuensi buang air kecil, serta anak tampak lemah dan mengantuk berlebihan.
 
Pencegahan: Selain menepati jadwal vaksinasi Rotavirus untuk mencegah serangan diare hebat dan muntaber, ajari pula si kecil untuk mencuci tangan dengan sabun sesering mungkin. Awasi selalu makanan dan minuman yang disantap oleh si kecil dan jangan biarkan ia jajan sembarangan ya, Ma...