Anak Sering Salah Sebut Huruf, Wajarkah?
Di usia 3 tahun, anak belum bisa menyebut bunyi ‘l’, ‘r’, atau ‘s’ dengan benar. Perlukah dibawa ke psikolog? Berikut ini penjelasan Adisti F. Soegoto, M Psi., BFRP, psikolog anak dan remaja.
Kesalahan pengucapan wajar dialami anak yang sedang belajar berbicara, terutama untuk huruf ‘l’, ‘r’, atau ‘s’. Ada yang menyebut ‘r’ menjadi ‘l’ (cadel), ‘s’ menjadi ‘ts’ atau ‘c’, seperti kata ‘susu’ menjadi ‘cucu’. Jika hal itu terjadi, beri tahu anak cara pengucapan yang tepat. Bila Anda ikut menyebut ‘cucu’, ia belajar itulah kata yang sebenarnya. Jangan jadikan kesalahan pengucapannya sebagai olokan, karena akan memengaruhi perkembangan self esteem anak.
Namun, bila ia tak mampu mengucapkan bunyi/kata tertentu dibandingkan anak seusianya, berkonsultasilah dengan ahlinya (dokter/ psikolog). Kesulitan dalam berbicara bisa memengaruhi kehidupan akademis atau komunikasi sehari-hari anak. Umumnya, anak yang mengalami gangguan pendengaran akan sulit memahami bunyi seharusnya dari huruf tertentu. Itu sebabnya mereka umumnya memiliki kendala dalam berbicara.
Kekuatan dan kelenturan otot motor oral juga memengaruhi kemampuan berbicara anak. Cara kita berbicara ditentukan oleh pergerakan di area mulut (rahang, bibir, lidah, langit-langit, pipi). Misal, huruf ‘b’, ‘m’, ‘p’ membutuhkan gerak bibir yang mengatup. Huruf ‘l’, ‘s’, ‘t’ dihasilkan oleh gerak lidah, dll. Anak yang mengalami masalah di area mulut (oral peripheral), misal langit-langit membelah, kemungkinan mengalami kesulitan dalam pengucapan.
Ada juga anak yang secara struktural tak memiliki masalah pada oral peripheral, namun sulit mengucapkan huruf tertentu. Jika itu terjadi, perhatikan kekuatan dan kelenturan otot-otot gerak mulutnya. Hal itu bisa juga dipengaruhi kebiasaan makan anak. Misal, masih makan makanan halus, selalu mengemut makanannya, dll.