7 Langkah Mengembangkan Kecerdasan Sosial Balita
Anak-anak tak hanya membutuhkan keterampilan akademik saja untuk hidup. Lebih dari itu, mereka membutuhkan keterampilan sosial. Bagaimana tidak, mereka tidak selamanya hidup dengan Anda yang selalu berusaha untuk memahami keinginannya. Anak-anak perlu belajar mengekspresikan apa yang menjadi kebutuhannya kepada orang lain dan juga berempati untuk memahami kebutuhan orang lain.
Malathi A. Ganesh., PGDEA., ICEPT., pakar pendidikan dan pangasuhan pendiri pusat pendidikan usia dini Smartkidz Educare India Pvt. Ltd., mengatakan bahwa sedari dini anak-anak perlu diajarkan untuk memiliki kecerdasan sosial atau social intelligence. Berikut ini ia membagikan kiat untuk para orang tua:
1. Ajarkan Mengenal Emosi
Biarkan si kecil belajar mengenal berbagai emosi: kebahagiaan, kemarahan, kekecewaan, frustrasi, kegugupan, kelelahan, dan ketakutan. Hal ini penting agar mereka mampu mengartikulasikan perasaannya. Anak-anak yang mampu mengungkapkan perasaannya cenderung akan tidak mudah tantrum. Setiap kali mereka menampakkan emosi tertentu, Anda bisa segera menanyakan “kamu marah?” atau “kamu sedih?”. Tanyakan pula apa yang membuat mereka merasakan itu.
Pengenalan emosi ini juga bisa dilakukan lewat permainan. Tunjukkan gambar dengan berbagai ekspresi dan sebutkan nama emosinya pada mereka. Ini membantu mereka membedakan berbagai macam emosi dan mengekspresikannya dengan lebih baik.
2. Selalu Awali dengan Bertanya
Dalam kehidupan sosial, anak-anak perlu belajar apa yang harus ia lakukan kepada orang lain. Kemampuan mereka untuk membuat keputusan dapat dikembangkan dengan selalu mengawali merespon mereka dengan pertanyaan alih-alih dengan kalimat pernyataan atau perintah. Misal, ketika teman si kecil merebut mainannya. Anda bisa katakan, “Si X mengambil mainanmu, apakah kamu baik-baik saja dengan itu? Bolehkah ia memainkannya?”
Dari sini ia akan membuat keputusan. Bila ia mengatakan, “boleh”, maka persilakan mereka main bersama kembali dan tinggalkan mereka. Akan tetapi, bila ia mengatakan, “tidak boleh,” bersiaplah untuk membimbingnya dengan mengajarinya mengatakan, “Itu mainanku. Kamu boleh memainkannya kalau aku sudah selesai. Kita bergantian, ya!”
3. Tunjukkan Kepedulian
Anak-anak yang sering mendapatkan simpati dari orang tua umumnya akan menjadi pribadi yang welas asih. Welas asih adalah dasar dari hubungan yang efektif atau ikatan yang kuat. Jadi, selalu tunjukkan kepedulian dan perhatian Anda terhadap emosi si kecil dan ajarkan bagaimana meresponsnya.
4. Tidak Memaksanya Berbagi
Sering kali orang tua selalu mengharapkan anaknya untuk mau berbagi. Tak jarang, keinginan ini ada kalanya disertai dengan paksaan. Hal ini tidak baik untuk anak-anak. Pertama, memaksa mereka berbagi akan membuat mereka belajar bahwa tidak ada yang bisa mereka perjuangkan. Di samping itu, Anda juga tidak akan memberikan rasa aman dalam hal kepemilikan. Ketika Anda memaksa mereka membagikan mainan kepada temannya yang menangis lantaran menginginkan mainannya, ia akan belajar bahwa seseorang bisa mendapatkan sesuatu hanya dengan cara menangis atau merebut. Yang buruk dari hal ini adalah, ia mungkin akan meniru cara tersebut dan menjadi tantrum saat menginginkan sesuatu.
5. Tidak Asal Memuji
Bila si kecil melakukan kebaikan, jangan asal memujinya. Misal, hanya karena ia mau meminjamkan bonekanya kepada temannya, tak lantas membuat Anda memuji, “hebat ya, adik mau berbagi.” Sebaliknya, katakan padanya, “Lihat, deh, si Y senang sekali ya, bisa bermain dengan bonekamu.” Dengan menunjukkan ekspresi orang lain atas apa yang mereka perbuat, anak-anak akan belajar berempati tanpa harus merasa terbebani.
6. Mengajarkan Memperhatikan Perasaan Orang Lain
Biarkan si kecil tahu bahwa kakaknya kesal. Misal, saat anak Anda memaksa ingin bermain puzzle, sedangkan kakaknya ingin menggambar. Anda bisa mengatakan, “Kakak ingin menggambar. Adik ingin main puzzle. Bagaimana ya, caranya supaya adil dan tidak akan ada yang kesal atau kecewa?” Dengan begini mereka akan belajar membuat keputusan yang lebih menghargai orang lain.
7. Dorong Terlibat Lebih Banyak Interaksi
Anak-anak yang menghabiskan waktu sendiri atau berada di rumah, tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain. Berikan anak Anda kesempatan untuk memasuki lingkungan baru, bergaul dengan anak-anak lain dan berbicara dengan orang lain. Juga, libatkan mereka dalam kegiatan di mana mereka dapat terhubung dengan orang lain seperti taman bermain atau memasukkan ke PAUD.
Baca juga:
Tahap Perkembangan Sosial Anak Usia Batita
7 Makanan Super untuk Tingkatkan Kecerdasan Anak
5 Tahap Perkembangan Kecerdasan Moral Anak
3 Resep Makanan untuk Kecerdasan Otak Anak
Bila Anak Memiliki Kecerdasan Visual
(LELA LATIFA)
FOTO: FREEPIK