Siapa Siap Ikut Menjaga Bumi?
Foto: dok. Shutterstock.
“Limbah tekstil di Indonesia mencapai 3,5 juta ton, dari sebelumnya 1,7 juta ton. Sampah di dalam negeri semakin meningkat. Semua orang memiliki andil untuk penciptaan limbah. Industri menciptakan fast fashion, yang dampaknya penerapan gaya hidup yang over consumption,” ujar Aryenda Atma, Founder Pable, perusahaan pengolah limbah tekstil jadi benang daur ulang. Produk kemudian bisa diolah lagi menjadi baju, pouch, alas piknik, dan sebagainya.
Sebuah percakapan pembuka yang menghentak kesadaran untuk memulihkan alam di sesi Panel kedua Indonesian Women’s Forum yang diadakan tanggal 19 Desember 2022. Isu lingkungan termasuk topik krusial yang juga menjadi concern para Gen Z, yang sudah semakin sadar akan nyatanya dampak perubahan iklim.
Sesi kedua yang mengusung tajuk, Mengapa Kita Harus Menjaga Bumi? ini dipandu oleh Devina Mahendriyani, alumni Wajah Femina 2013 dan Miss Scuba 2016, menghadirkan 4 pembicara inspiratif dari berbagai sektor yang berbagi tentang cara-cara mereka untuk bertanggungjawab menjaga bumi.
Pable berdiri tahun 2020 memiliki misi utama menggunakan material limbah untuk membuat renewable material. “Di fasilitas kami, sebanyak 90% limbah perca, sisanya 10% limbah pakaian diolah kembali. Dalam pengolahan ini, kami tidak melakukan pewarnaan. Berpasrah dengan pemanfaatan apa yang ada. Kalau kami mengolah limbah merah, akan menghasilkan kain berwarna merah juga. Cara ini menjadi sangat hemat air,” jelas Aryenda. Dalam kerjanya, Pable menggandeng masyarakat desa di Pasuruan, Jawa Timur.
Bisnis ramah lingkungan ala Pable ini nyatanya dilirik banyak produsen. Produk Pable dipakai oleh produsen dari Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Pable juga berkolaborasi dengan seniman, dan hasil karyanya telah dipamerkan di Jepang.
Lain Pable, lain pula dengan Nafas Indonesia, perusahaan digital yang mengusung isu edukasi lingkungan. Nafas adalah sebuah teknologi
aplikasi kualitas udara, yang membawa misi untuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya polusi udara dan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.
Nafas mengumpulkan data kualitas udara dan kota mana saja yang paling buruk polusinya. Di sepanjang Juni – Agustus 2022, juara polusi dipegang oleh Jakarta Timur, disusul Tangerang Selatan, dan Bekasi. Menurut Deasy Elsara, Content Strategy Manager Nafas Indonesia, polusi bukan hanya terjadi di Jakarta saja, tapi juga menyebar di kota kecil sekalipun.
Deasy mengatakan, di aplikasi Nafas, tersedia data kualitas udara kota maupun lokasi favorit dan penting. “Kita bisa cek secara real time. Sebelum aktivitas, kita sudah terinformasi dulu, oh lokasi ini berpolusi. Misal, saat ini di Jaksel sensitif terpapar. Lalu apa yang harus kita lakukan? Tutup semua jendela, agar tidak ada polusi dari luar ke dalam,” jelasnya.
Deasy juga menambahkan, seringkali kita menganggap polusi hanya ada di siang hari, padahal tidak demikian. Saat tengah malam dan dini hari pun kadar polusi bisa tinggi, itulah kenapa kita perlu rutin mengecek kadar polusi di udara.
Sumber polusi, bisa dari faktor alam dan manusia. Faktor alam, seperti angin debu, kebakaran hutan, gunung meletus, pengaruh atmosfer, curah hujan, kecepatan angin. Sedangkan faktor manusia, seperti emisi, transportasi kendaraan motor, dan pembakaran sampah. Peran Nafas adala mendata kota-kota yang punya tingkat polusi tinggi.
Energi terbarukan juga menjadi bahasan penting dalam penyelamatan bumi, sebab pembangkit energi dari fosil dianggap sumber polusi. Ke depan, untuk mengurangi penggunaan energi berbasis fosil, target 2050 kesepakatan dunia mewujudkan net zero emission sehingga teknologi mulai beralih ke energi terbarukan.
Salah satu perempuan yang berkiprah di industri ini adalah Mada Ayu Habsari, Founder Enertec Mitra Solusi, perusahaan yang bergerak di bidang energi terbarukan, dalam hal ini Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Menurut Mada, yang aktif menyuarakan penggunaan tenaga surya, letak geografi Indonesia cocok untuk pemasangan PLTS. “Pemasangan sangat mudah, setiap orang bisa berparitisipasi. Kami ingin mengurangi penggunaan fosil untuk memastikan kondisi anak cucu kita akan menghirup udara seperti apa,” ungkap Mada yang membangun Enertec sejak 10 tahun silam.
Cerita menarik juga datang dari salah satu pembicara dalam panel dua IWF 2022 yang adalah juga seorang fans KPop, bernama Nurul Sarifah. Nurul bercerita, ancaman lingkungan juga menjadi kegelisahan para KPop-er. Mereka sadar bahwa gerakan lingkungan itu penting dan bisa dilakukan siapa saja, sebab toh pada akhirnya ‘No KPop on a Dead Planet’.
Untuk itu, mereka punya cara unik dalam menunjukkan kepedulian pada krisis iklim. Melalui wadah KPop4Planet, mereka membuat gerakan menanam pohon, adopsi orang utan, melindungi pohon dari penebangan, dan mendukung kegiatan masyarakat adat di sekitarnya.
Kata Nurul, sejak diluncurkan pada tahun 2021, KPop4Planet telah mengerjakan 212 proyek tanam pohon total sejumlah 113.224 pohon. Indonesia menyumbang porsi terbesar. Kegiatan adopsi pohon ini melibatkan 80 orang di 21 negara. Dari semua pohon yang ditanam, telah mengurangi total 28.456 ton CO2. Jumlah ini setara dengan 368 kali bolak balik dari bumi ke bulan dengan mobil.
Lantas apa saja bentuk kepedulian Kpopers pada alam? “Misalnya, merayakan ultah idola dengan adopsi pohon. Mendorong pihak entertainment untuk menggunakan renewable energy dan memproduksi merchandise yang lebih sustainable,” jelas Nurul, yang juga berperan sebagai Juru Kampanye Kpop4Planet.
Harus diakui kondisi alam kita tidak baik-baik saja, kerap berubah ini menjadi warning bagi semua penghuni bumi. Alarm-alarm alam yang sudah seringkali bunyi tidak bisa lagi kita abaikan begitu saja. Kita harus mulai memikirkan solusi supaya alam terjaga dan menjadi tempat yang layak untuk semua makhluk hidupnya. Dan ini bukan tanggung jawab satu orang saja, tapi menuntut keterlibatan kita, para perempuan, untuk memulai gerakanmu sendiri dari langkah yang paling sederhana.
Inilah pesan yang ingin disampaikan dari Panel 2 Indonesian Women’s Forum 2022. Menggugah para wanita Indonesia untuk mulai bergerak menciptakan masa depan yang lebih baik dengan turut menjaga dan melestarikan bumi. Butuh banyak pihak terlibat untuk menjalin kolaborasi yang membuat dampak.
Ficky Yusrini - Kontributor
Sebuah percakapan pembuka yang menghentak kesadaran untuk memulihkan alam di sesi Panel kedua Indonesian Women’s Forum yang diadakan tanggal 19 Desember 2022. Isu lingkungan termasuk topik krusial yang juga menjadi concern para Gen Z, yang sudah semakin sadar akan nyatanya dampak perubahan iklim.
Sesi kedua yang mengusung tajuk, Mengapa Kita Harus Menjaga Bumi? ini dipandu oleh Devina Mahendriyani, alumni Wajah Femina 2013 dan Miss Scuba 2016, menghadirkan 4 pembicara inspiratif dari berbagai sektor yang berbagi tentang cara-cara mereka untuk bertanggungjawab menjaga bumi.
Pable berdiri tahun 2020 memiliki misi utama menggunakan material limbah untuk membuat renewable material. “Di fasilitas kami, sebanyak 90% limbah perca, sisanya 10% limbah pakaian diolah kembali. Dalam pengolahan ini, kami tidak melakukan pewarnaan. Berpasrah dengan pemanfaatan apa yang ada. Kalau kami mengolah limbah merah, akan menghasilkan kain berwarna merah juga. Cara ini menjadi sangat hemat air,” jelas Aryenda. Dalam kerjanya, Pable menggandeng masyarakat desa di Pasuruan, Jawa Timur.
Bisnis ramah lingkungan ala Pable ini nyatanya dilirik banyak produsen. Produk Pable dipakai oleh produsen dari Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Pable juga berkolaborasi dengan seniman, dan hasil karyanya telah dipamerkan di Jepang.
Lain Pable, lain pula dengan Nafas Indonesia, perusahaan digital yang mengusung isu edukasi lingkungan. Nafas adalah sebuah teknologi
aplikasi kualitas udara, yang membawa misi untuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya polusi udara dan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.
Nafas mengumpulkan data kualitas udara dan kota mana saja yang paling buruk polusinya. Di sepanjang Juni – Agustus 2022, juara polusi dipegang oleh Jakarta Timur, disusul Tangerang Selatan, dan Bekasi. Menurut Deasy Elsara, Content Strategy Manager Nafas Indonesia, polusi bukan hanya terjadi di Jakarta saja, tapi juga menyebar di kota kecil sekalipun.
Deasy mengatakan, di aplikasi Nafas, tersedia data kualitas udara kota maupun lokasi favorit dan penting. “Kita bisa cek secara real time. Sebelum aktivitas, kita sudah terinformasi dulu, oh lokasi ini berpolusi. Misal, saat ini di Jaksel sensitif terpapar. Lalu apa yang harus kita lakukan? Tutup semua jendela, agar tidak ada polusi dari luar ke dalam,” jelasnya.
Deasy juga menambahkan, seringkali kita menganggap polusi hanya ada di siang hari, padahal tidak demikian. Saat tengah malam dan dini hari pun kadar polusi bisa tinggi, itulah kenapa kita perlu rutin mengecek kadar polusi di udara.
Sumber polusi, bisa dari faktor alam dan manusia. Faktor alam, seperti angin debu, kebakaran hutan, gunung meletus, pengaruh atmosfer, curah hujan, kecepatan angin. Sedangkan faktor manusia, seperti emisi, transportasi kendaraan motor, dan pembakaran sampah. Peran Nafas adala mendata kota-kota yang punya tingkat polusi tinggi.
Energi terbarukan juga menjadi bahasan penting dalam penyelamatan bumi, sebab pembangkit energi dari fosil dianggap sumber polusi. Ke depan, untuk mengurangi penggunaan energi berbasis fosil, target 2050 kesepakatan dunia mewujudkan net zero emission sehingga teknologi mulai beralih ke energi terbarukan.
Salah satu perempuan yang berkiprah di industri ini adalah Mada Ayu Habsari, Founder Enertec Mitra Solusi, perusahaan yang bergerak di bidang energi terbarukan, dalam hal ini Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Menurut Mada, yang aktif menyuarakan penggunaan tenaga surya, letak geografi Indonesia cocok untuk pemasangan PLTS. “Pemasangan sangat mudah, setiap orang bisa berparitisipasi. Kami ingin mengurangi penggunaan fosil untuk memastikan kondisi anak cucu kita akan menghirup udara seperti apa,” ungkap Mada yang membangun Enertec sejak 10 tahun silam.
Cerita menarik juga datang dari salah satu pembicara dalam panel dua IWF 2022 yang adalah juga seorang fans KPop, bernama Nurul Sarifah. Nurul bercerita, ancaman lingkungan juga menjadi kegelisahan para KPop-er. Mereka sadar bahwa gerakan lingkungan itu penting dan bisa dilakukan siapa saja, sebab toh pada akhirnya ‘No KPop on a Dead Planet’.
Untuk itu, mereka punya cara unik dalam menunjukkan kepedulian pada krisis iklim. Melalui wadah KPop4Planet, mereka membuat gerakan menanam pohon, adopsi orang utan, melindungi pohon dari penebangan, dan mendukung kegiatan masyarakat adat di sekitarnya.
Kata Nurul, sejak diluncurkan pada tahun 2021, KPop4Planet telah mengerjakan 212 proyek tanam pohon total sejumlah 113.224 pohon. Indonesia menyumbang porsi terbesar. Kegiatan adopsi pohon ini melibatkan 80 orang di 21 negara. Dari semua pohon yang ditanam, telah mengurangi total 28.456 ton CO2. Jumlah ini setara dengan 368 kali bolak balik dari bumi ke bulan dengan mobil.
Lantas apa saja bentuk kepedulian Kpopers pada alam? “Misalnya, merayakan ultah idola dengan adopsi pohon. Mendorong pihak entertainment untuk menggunakan renewable energy dan memproduksi merchandise yang lebih sustainable,” jelas Nurul, yang juga berperan sebagai Juru Kampanye Kpop4Planet.
Harus diakui kondisi alam kita tidak baik-baik saja, kerap berubah ini menjadi warning bagi semua penghuni bumi. Alarm-alarm alam yang sudah seringkali bunyi tidak bisa lagi kita abaikan begitu saja. Kita harus mulai memikirkan solusi supaya alam terjaga dan menjadi tempat yang layak untuk semua makhluk hidupnya. Dan ini bukan tanggung jawab satu orang saja, tapi menuntut keterlibatan kita, para perempuan, untuk memulai gerakanmu sendiri dari langkah yang paling sederhana.
Inilah pesan yang ingin disampaikan dari Panel 2 Indonesian Women’s Forum 2022. Menggugah para wanita Indonesia untuk mulai bergerak menciptakan masa depan yang lebih baik dengan turut menjaga dan melestarikan bumi. Butuh banyak pihak terlibat untuk menjalin kolaborasi yang membuat dampak.
Ficky Yusrini - Kontributor