Kelola Keuangan untuk Hadapi Tantangan Resesi 2023
Foto: dok. Shutterstock.
Tahun 2023 disebut-sebut sebagai tahun yang penuh tantangan terutama bagi ketahanan finansial. Resesi akibat berbagai faktor global dikhawatirkan banyak orang. Lalu bagaimana kita bisa mengelola keuangan sebagai manajer keuangan keluarga, keuangan klien, atau perusahaan? Hal ini menjadi topik yang dibahas dalam salah satu masterclass Indonesian Women’s Forum 2022 yang digelar Femina.
Terkait resesi, menurut Tina Meilina, Division Head Wealth Management BRI yang juga seorang financial expert, ada optimisme tersendiri di Indonesia. Karena meski resesi ekonomi terjadi secara global dan banyak negara sudah terimbas, Indonesia dianggap termasuk negara yang memiliki ketahanan dalam menghadapi resesi global. Meski begitu, optimisme perlu didukung langkah tepat untuk menjaga portofolio keuangan agar tetap bisa memenuhi kebutuhan dan menyiapkan perencanaan ke depan.
Lima Hal yang Perlu Dimonitor
Santernya isu resesi ekonomi memang menyeramkan, namun Tina mengajak agar tidak perlu panik berlebihan. Kondisi resesi sebetulnya sudah terjadi berkali-kali termasuk pada tahun 1998, 2008, dan 2020 ketika pandemi melanda.
Isu resesi sebaiknya tidak mengubah rencana keuangan yang selama ini sudah Anda lakukan. Namun kalau belum memiliki rencana, ia menyarankan untuk melakukan lima persiapan perencanaan keuangan berikut:
1. Yakinkan cash flow keseharian kita aman. Pastikan pemasukan lebih besar atau sama dengan pengeluaran. Kurangi pengeluaran konsumtif yang tidak perlu. Teliti kembali apakah itu kebutuhan atau keinginan. Jika tidak lagi dapat berhemat, cari pemasukan tambahan. Salah satu strategi cash flow risiko resesi global, adalah dengan menambah penghasilan. Yang memiliki sumber penghasilan satu atau dua saja, mungkin perlu memikirkan sumber penghasilan baru.
2. Dana darurat. Jumlah idealnya enam hingga dua belas kali pengeluaran pasti bulanan untuk mengantisipasi hilangnya pemasukan.
3. Cek cicilan, apakah rasionya masih ideal? Pastikan rasionya masih sehat dan ideal yaitu 30 persen dari pendapatan.
4. Kondisi utang. Pastikan aset lebih besar dari pada utang. Jika memiliki kelebihan dana, prioritaskan untuk melunasi utang.
5. Perlindungan. Perencanaan keuangan tidak hanya identik dengan menabung dan investasi tapi juga perlindungan bagi aset kita yaitu diri kita sebagai tulang punggung keluarga, rumah, kendaraan, yang akan memengaruhi kondisi finansial jika tidak dilindungi secara hati-hati. Asuransi berfungsi menjaga ketahanan finansial dengan mengalihkan risiko kehidupan dari kita, keluarga, atau perusahaan kepada pihak ketiga. Kita bisa mulai dengan perlindungan dasar seperti BPJS Kesehatan baru kemudian ditingkatkan jika kondisi keuangan meningkat.
Tina menyatakan setiap diri kita perlu memonitor keuangan tersebut minimal tiap empat bulan. Ia mengingatkan rumus 1, 2, 3, 4 dalam mengatur pendapatan. Yaitu; 40 persen untuk memenuhi kebutuhan dasar, 30 persen komposisi yang boleh kita pakai untuk bayar utang, 20 persen untuk kepentingan asuransi dan investasi, 10% untuk kegiatan sosial, zakat, dan lain-lain. Dengan begitu selalu ada tujuan yang jelas. Mengelola keuangan berarti mengelola kehidupan.
Bagi wanita, Tina memiliki pesan khusus. “Karena kita menanggung orang lain kita harus memastikan diri kita aman, kita harus melindungi diri kita sendiri dulu. Kelola cash flow dengan memisahkan akun pribadi dan perusahaan. Serta siapkan karyawan untuk menghadapi kondisi darurat juga.”
Masih Amankan Berinvestasi?
Dalam kondisi seperti saat ini pun ternyata di pasar Indonesia terlihat adanya peningkatan pemahaman terhadap investasi. Bahkan tren investasi di Indonesia meningkat 6,9 persen setiap tahunnya. Kini investasi disebut-sebut sebagai cara baru menabung uang.
Investor pasar modal di Indonesia juga meningkat terutama dari generasi milenial dan generasi Z. Hal ini tentu tak lepas dari digitalisasi yang memudahkan masyarakat untuk berinvestasi. Ya, saat ini melakukan perencanaan keuangan melalui platform digital menjadi tren. Tak dipungkiri pandemi ikut mendorong ini. Tren aplikasi perbankan ini harus kita optimalkan.
Ada beberapa prinsip dasar investasi yang ingin diingatkan Tina. Antara lain, untuk berinvestasi sisihkan dana bukan menunggu sisa. Sesuaikan investasi dengan cara menilai risiko investasi. Pertama, kenali profil risiko apakah kita termasuk investor yang agresif, moderat, atau konservatif. Dari situ kita mempelajari produk-produk investasi. Ada instrumen yang agresif, moderat, dan konservatif juga. Pelajari dan cocokkan profil risiko kita dengan instrumen investasi. Tak lupa juga cocokkan dengan tujuan keuangan kita. Untuk mengukurnya kita bisa memanfaatkan aplikasi investasi atau manajer investasi di lembaga keuangan.
Seindah apapun iming-iming yang dijanjikan, ia mengingatkan agar tidak memaksakan untuk berinvestasi secara berhutang. Saran lain, lakukan investasi sedini mungkin dan secara rutin. investasi yang berhasil perlu waktu disiplin dan passion.
“Resesi adalah bagian dari siklus perekonomian yang selalu ada, tetapi kita bisa melihat itu sebagai suatu tantangan yang harus kita kelola. Keep on the bright side, update pengetahuan supaya kita bisa menghadapi berbagai tantangan di masa depan,” ujar Tina.
Nuri Fajriati - Kontributor