Pilih Sekolah Anak Sesuai Metode Pengajaran
Ada banyak cara untuk membentuk dan mengembangkan karakter anak di sekolah. Tak heran jika setiap sekolah (tak hanya di jenjang SD, tapi bahkan sejak prasekolah dan TK!) punya cara yang berbeda-beda (yang tentu saja dianggap terbaik) dalam mendidik anak.
Perbedaan inilah yang menjadi ‘nilai jual’ masing-masing sekolah, sekaligus sumber kepusingan orang tua. Ada sekolah yang full bahasa Indonesia, bilingual, bahkan tiga bahasa—itu baru dari aspek bahasa.
Kemudian ada pula yang menyebutkan sebagai sekolah national plus, internasional, atau sekolah alam. Dari sisi kurikulum, ada sekolah yang mengacu pada kurikulum Montessori, pendidikan karakter, pendekatan multiple intelligences, atau active learning.
Tak usah bingung, Ma. Meski tak semua istilah-istilah itu akrab di telinga Anda, Anda selalu bisa bertanya langsung kepada pihak sekolah mengenai program pendidikan mereka. Misalnya, apa kurikulum atau metode pengajaran yang digunakan? Apa contoh kegiatannya? Dengan cara apa anak dibimbing? Tanya sedetil mungkin sampai Anda benar-benar paham dan mengerti. Karena bisa jadi, ada sekolah yang memiliki cara pengajaran yang sama meski kurikulum yang digunakan berbeda.
Apapun metode pembelajaran yang diterapkan di prasekolah pilihan Anda, pastikan metode tersebut sesuai dan sejalan dengan cara Anda dan keluarga mendidik anak di rumah, ya, Ma.
Salah seorang mama, Henny Santika, dari Bogor, bercerita "Awalnya saya berjanji pada diri sendiri tidak mau memasukkan anak ke sekolah berkurikulum internasional, yang metode pengajarannya mengacu pada sistem di luar negeri dan seratus persen menggunakan bahasa Inggris. Alasannya, selain masalah biaya, saya melihat kebanyakan anak-anak yang bersekolah di sekolah jenis itu memiliki sifat individualisme yang tinggi. Selain itu, saya juga berpikir bagaimana kalau di tengah jalan tiba-tiba kami tak lagi mampu membiayai anak di sekolah tersebut? Perpindahan dari kurikulum international ke kurikulum nasional pasti akan sulit, baik dalam hal penyamaan nilai maupun bagi anak untuk beradaptasi."
"Namun, belakangan saya menyadari bahwa telah terjadi pergeseran dari kualitas sumber daya manusia yang akan dibutuhkan di masa depan. Kelak, dunia kerja lebih membutuhkan orang-orang yang kreatif, inovatif, percaya diri, dan memiliki kemampuan praktikal. Dan kemampuan-kemampuan seperti itu memang akan lebih banyak didapat di sekolah bertaraf internasional.”