Mengapa Kini Lagu Anak Makin Langka?
Tahun 90-an bisa dikatakan sebagai era kejayaan lagu-lagu anak di Indonesia. Hampir semua stasiun TV memiliki acara yang menampilkan lagu-lagu anak. Lagu-lagu tersebut juga bisa kita dengar di radio mau pun pusat-pusat perbelanjaan.
Dulu, setiap orang tua memiliki kebanggan tersendiri jika anak-anak mereka bisa menjadi penyanyi. Banyak sekali penyanyi cilik yang masih kita ingat namanya seperti: Trio Kwek-kwek, Tina Toon, Chikita Meidy, Maisy, Eno Lerian, dll. Seiring berjalannya waktu, para penyanyi cilik itu pun tumbuh besar dan berhenti menyanyikan lagu-lagu anak. Dan sepertinya hampir tidak ada generasi penerus yang memiliki popularitas yang sama seperti angkatan sebelumnya. Terakhir yang bisa kita ingat adalah Tasya dengan lagu Libur T’lah Tiba dan Jangan Takut Gelap. Benarkah setelah itu tak ada lagi lagu-lagu anak?
Menurut Karina Adistiana, yang akrab disapa Anyi dan inisiator gerakan Peduli Musik Anak, lagu-lagu anak tidaklah habis. Lagu-lagu tersebut tetap ada, kok, bahkan beberapa orang masih berusaha menciptakan lagu untuk anak-anak. Sampai sekarang! “Ya, orang-orang dewasalah yang tidak tahu bagaimana memanfaatkan lagu-lagu anak. Padahal, lagu-lagu anak ini memiliki banyak sekali manfaat untuk tumbuh kembang si kecil,” ujar Anyi.
Ya, mereka tidak lagi memperdengarkan, atau bahkan menyanyikan lagu untuk anak-anak mereka. Akibatnya? Kebutuhan pasar akan lagu anak pun menurun dan lagu-lagu anak kehilangan popularitasnya. Jika kita lihat di televisi sekarang ini, rasanya sulit menemukan lagu-lagu yang memang ramah didengar oleh anak. Bahkan, para penyanyi cilik pun lebih senang membawakan lagu-lagu bertema dewasa, seperti pacaran, perselingkuhan, dll. Saat Mama mengajak si kecil pergi ke mal atau restoran, hampir semua toko memutar lagu-lagu yang tidak sesuai dengan perkembangan usia si kecil. Inilah yang membuat lagu-lagu anak sepertinya habis dan penyanyi cilik yang menyanyikan lagu anak pun tak lagi laku.
Perkembangan teknologi juga sedikit banyak menjadi penyebab terkikisnya lagu anak dari pasaran. Dulu, televisi seakan menjadi satu-satunya media untuk anak berekspresi dengan bernyanyi. Namun, seiring dengan perubahan jaman, muncul di televisi bukan lagi menjadi suatu kebanggaan. Bahkan kini, Mama bisa merekam si kecil saat bernyanyi dan menggunggahnya di YouTube. Semua orang bisa mengakses dan melihat videonya. Rasanya tidak lagi seistimewa dulu ketika mama masih anak-anak dan menyaksikan para penyanyi cilik membawakan lagu-lagu favorit.
Dulu, setiap orang tua memiliki kebanggan tersendiri jika anak-anak mereka bisa menjadi penyanyi. Banyak sekali penyanyi cilik yang masih kita ingat namanya seperti: Trio Kwek-kwek, Tina Toon, Chikita Meidy, Maisy, Eno Lerian, dll. Seiring berjalannya waktu, para penyanyi cilik itu pun tumbuh besar dan berhenti menyanyikan lagu-lagu anak. Dan sepertinya hampir tidak ada generasi penerus yang memiliki popularitas yang sama seperti angkatan sebelumnya. Terakhir yang bisa kita ingat adalah Tasya dengan lagu Libur T’lah Tiba dan Jangan Takut Gelap. Benarkah setelah itu tak ada lagi lagu-lagu anak?
Menurut Karina Adistiana, yang akrab disapa Anyi dan inisiator gerakan Peduli Musik Anak, lagu-lagu anak tidaklah habis. Lagu-lagu tersebut tetap ada, kok, bahkan beberapa orang masih berusaha menciptakan lagu untuk anak-anak. Sampai sekarang! “Ya, orang-orang dewasalah yang tidak tahu bagaimana memanfaatkan lagu-lagu anak. Padahal, lagu-lagu anak ini memiliki banyak sekali manfaat untuk tumbuh kembang si kecil,” ujar Anyi.
Ya, mereka tidak lagi memperdengarkan, atau bahkan menyanyikan lagu untuk anak-anak mereka. Akibatnya? Kebutuhan pasar akan lagu anak pun menurun dan lagu-lagu anak kehilangan popularitasnya. Jika kita lihat di televisi sekarang ini, rasanya sulit menemukan lagu-lagu yang memang ramah didengar oleh anak. Bahkan, para penyanyi cilik pun lebih senang membawakan lagu-lagu bertema dewasa, seperti pacaran, perselingkuhan, dll. Saat Mama mengajak si kecil pergi ke mal atau restoran, hampir semua toko memutar lagu-lagu yang tidak sesuai dengan perkembangan usia si kecil. Inilah yang membuat lagu-lagu anak sepertinya habis dan penyanyi cilik yang menyanyikan lagu anak pun tak lagi laku.
Perkembangan teknologi juga sedikit banyak menjadi penyebab terkikisnya lagu anak dari pasaran. Dulu, televisi seakan menjadi satu-satunya media untuk anak berekspresi dengan bernyanyi. Namun, seiring dengan perubahan jaman, muncul di televisi bukan lagi menjadi suatu kebanggaan. Bahkan kini, Mama bisa merekam si kecil saat bernyanyi dan menggunggahnya di YouTube. Semua orang bisa mengakses dan melihat videonya. Rasanya tidak lagi seistimewa dulu ketika mama masih anak-anak dan menyaksikan para penyanyi cilik membawakan lagu-lagu favorit.
Photo : Getty Images