Ketika Pengasuh Anak Punya Pacar
Pengasuh anak atau asisten rumah tangga mulai punya pacar. Perlukah dilarang atau ditetapkan aturan-aturan tertentu? Simak testimoni dari beberapa Mama tentang Si Mbak yang mempunyai pacar serta aturan-aturannya :
“Saat ini mbak sedang berpacaran dengan seorang penjual nasi goreng di dekat rumah kami dan bahkan akan menikah. Saya memang mengizinkannya berpacaran. Hak dia untuk mencintai seseorang, kan. Tapi memang saya menerapkan aturan ketat. Dia tidak boleh membawa pacarnya ke rumah saya. Tiap kali mau kencan, dia harus meminta izin kepada saya, dan semua pekerjaannya sudah selesai. Biasanya dia dijemput pacarnya di rumah saya, lalu mereka pergi. Aturan lainnya: dia tidak boleh hamil.” Petty, Jakarta
“Saya cukup concern masalah ini. Suster yang mengasuh Ryan (1) tidak boleh berpacaran, agar dia fokus bekerja. Selain itu, mungkin saya terpengaruh berita-berita belakangan ini, yang mengungkap penculikan dan kejahatan yang dilakukan pacar pengasuh anak atau bahkan mereka berkomplot. Nggak apa-apa deh, saya kaku dalam hal ini. Toh, anak tidak selamanya diasuh suster.” Fanny, Surabaya
“Boleh saja dia berpacaran. Kalau mau nge-date, ambil jatah cutinya: 2 hari dalam sebulan. Dia tidak boleh ambil jatah cuti/pacaran di weekdays, saat saya dan suami sedang di kantor dan anak-anak tidak ada yang menjaga. Yang penting, mbak tidak boleh membawa pacarnya ke rumah.” Inneke, Jakarta
“Tentu mbak boleh punya pacar, tapi pacarannya harus ada batasnya, misal 2 kali dalam sebulan bolehlah mereka bertemu. Itu pun pacarnya tidak boleh masuk ke rumah. Jadi pacarannya di luar (rumah) atau pergi. Dia tidak perlu mengenalkan pacarnya kepada saya, yang penting dia jujur punya pacar. Kalau mau pergi, jauh-jauh hari dia harus sudah kasih tahu, supaya kami siap-siap menjaga anak.” Devi Permadi, Jakarta
“Mbak di rumah punya pacar, seorang temannya di program Kejar Paket. Mereka sudah berpacaran sejak sebelum bekerja di rumah saya. Si mbak pernah memperkenalkan pacarnya kepada saya. Menurut saya perlu juga, ya, saya mengenal pacarnya, supaya kalau terjadi apa-apa saya tahu. Tapi mereka berpacaran di luar rumah. Saya mewanti-wanti mbak untuk hati-hati menjaga diri. Jangan kebablasan sampai hamil, misalnya. Sayang, kan, masa depannya. Dia masih muda, pintar, punya cita-cita lebih besar daripada sekadar menjadi asisten rumah tangga.” Dian, Bekasi