Anak Berwisata Sambil Berbagi
Merupakan kepuasan tersendiri bagi seorang traveler ketika ia bisa menjejakkan kaki di berbagai destinasi wisata cantik dan unik – apalagi yang juga sedang menjadi ‘must-visit places’, menjelajahi tempat-tempat itu, mengabadikan setiap momen dalam ratusan – bahkan mungkin ribuan – foto, lantas mengunggahnya di media sosial dan menuai banyak ‘like’. Namun, bagi Nila Tanzil, traveler, penulis, penyelam, dan blogger, ada yang jauh lebih memuaskan dari itu semua: Interaksinya dengan masyarakat setempat yang ditemui selama traveling, kesempatan ngobrol panjang lebar dengan mereka, beraktivitas bersama, serta berkontribusi – sekecil apa pun – bagi komunitas tersebut.
Keinginan berkontribusi bagi komunitas di destinasi wisata yang dikunjungi itu yang akhirnya menginspirasi mama dari Sienna (2 tahun) tersebut untuk menginisiasi Travel Sparks (www.travelsparks.com). Dengan konsep ‘Travel With A Cause’, biro perjalanan wisata yang diluncurkan Nila pada pertengahan April itu – meski sudah berjalan sejak 2 tahun sebelumnya – mengajak para wisatawan yang tertarik mengunjungi Flores, Nusa Tenggara Timur, untuk berwisata sambil berbagi kepada masyarakat setempat. Berwisata pun tak lagi jalan-jalan semata, melainkan sembari melakukan aktivitas sukarelawan di tempat yang dikunjungi.
Apa yang diusung oleh Nila lewat Travel Sparks itu sering disebut sebagai voluntourism, gabungan dari ‘volunteer’ dan ‘tourism’. Sebenarnya itu bukanlah konsep baru. Model berwisata semacam itu memang belum banyak dilakukan orang Indonesia. Namun, di sejumlah negara di dunia, voluntourism cukup populer, khususnya di kalangan para wisatawan yang ingin berbagi dengan sesama manusia. Kalau mau melihat ke belakang, voluntourism sendiri sudah dilakukan sejak ribuan tahun lalu, oleh berbagai kelompok budaya maupun agama. Sebut saja para misionaris, praktisi kesehatan, pelaut, dan penjelajah, yang menggabungkan misi pelayanan mereka dengan perjalanan ke berbagai tempat di penjuru dunia.
Buat Nila sendiri, dunia sosial dan sukarelawan bukanlah sesuatu yang asing lagi. Sejak 2009, lewat Taman Bacaan Pelangi, ia sudah mendirikan 26 perpustakaan di 11 pulau di kawasan Indonesia Timur, serta mendistribusikan 40.000 buku ke sana. Tujuan Nila dengan gerakan tersebut adalah mempermudah akses anak-anak di daerah terpencil itu kepada buku, perpustakaan, dan pendidikan. Dan, kini, melalui Travel Sparks, para wisatawan juga dapat turut terlibat dalam beragam kegiatan sosial di Taman Bacaan Pelangi.
Bisnis voluntourism Nila tersebut – yang pernah tinggal di Flores selama setahun untuk ikut membantu masyarakat lokal – memang sekaligus untuk mendukung Taman Bacaan Pelangi. Seluruh profit yang didapatkan disalurkan untuk mendanai kegiatan-kegiatan dan biaya operasional organisasi nirlaba tersebut. “Para wisatawan bisa membantu membawakan buku-buku dari Jakarta ke Flores, misalnya, lantas turut mendistribusikannya ke perpustakaan-perpustakaan kami. Mereka bisa langsung melihat betapa excited anak-anak mendapat koleksi buku baru,” urai Nila.
Dalam menjalankan kegiatan wisatanya, Travel Sparks pun bekerja sama dengan masyarakat setempat, baik sebagai tour guide, driver, pemilik hotel, hinggal pemilik kapal. “Sehingga mereka punya pilihan untuk mencari nafkah, selain dari bercocok tanam dan melaut. Uang yang mereka dapatkan pun dapat dipergunakan untuk menyekolahkan anak-anak mereka sampai lulus, membeli buku-buku demi pendidikan anak-anak mereka,” kata Nila.