Minum Es Sebabkan Janin Besar?
Benarkah bila ibu hamil gemar minum es bisa sebabkan ukuran janin besar, sehingga mama berisiko alami sulit melahirkan? Apakah itu sekadar mitos?
Mitos mengenai ibu hamil ini sering sekali kita dengar namun apakah mitos tersebut benar?
Mitos 1: Minum es akan membuat bayi besar dan susah lahir
Tentu saja risiko bayi kegemukan menjadi lebih besar jika mamanya suka mengonsumsi es cendol, es campur, es doger, es teller, es palubutung dan es soda gembira.
Segar sih, tapi perpaduan santan, gula dan sirup membuat kandungan kalori dalam minuman es tersebut cukup besar. Kelebihan kalori bisa menambah berat badan mama dan janin. Kalau bayinya besar tentu saja proses melahirkan (normal) jadi lebih sulit.
Mitos 2: Tidak boleh melayat orang meninggal
Konon bayi dalam kandungan bisa terkena sawan mayat alias lahir dalam keadaan pucat dan layu seperti mayat. Entah dari mana mitos ini timbul. Tapi kalau dipikir dengan logika, rumah duka pasti diliputi emosi kesedihan yang mendalam.
Tidak jarang anggota keluarga yang ditinggalkan menjadi histeris bahkan pingsan saat melihat jenazah atau menguburkan jenazah. Suasana demikian mungkin dianggap kurang baik bagi perempuan hamil, apalagi kalau calon mama termasuk orang yang gampang tersentuh, dikhawatirkan jadi terbawa emosi dan ikut larut dalam duka.
Bagaimana pun ketenangan batin calon mama itu penting. Meski sawan mayat itu hanya mitos tapi kalau si mama jadi merasa khawatir ‘ada apa-apa’ dengan bayinya gara-gara melayat kerabat atau kenalan yang meninggal dunia, ya lebih baik tidak usah. Orang lain pasti maklum, kok, bila sedang hamil pantang melayat.
Mitos 3: Tidak boleh membunuh binatang dan membenci orang lain
Katanya selama masa kehamilan, calon mama dan calon papa tidak boleh membunuh atau menyakiti binatang karena anaknya bisa cacat dan kalau membenci seseorang anaknya akan mirip dengan orang yang dibenci.
Kalau mitos yang ini sih dimaksudkan supaya selama menanti kelahiran anak, mama dan papa berbuat yang baik-baik dan menyayangi makhluk hidup. Tentunya ini hal yang baik untuk dilakukan. Sikap penyayang diharapkan terus berlanjut dalam perjalanan mendidik anak dan berpengaruh positif terhadap kondisi emosi anak.