Nyeri Kaki Di Masa Pertumbuhan
Menjelang malam ketika kami sekeluarga sedang duduk-duduk santai, Alika tiba-tiba mengeluh kakinya sakit dan pegal. Loh, kenapa? Capek, katanya.
Hari itu di sekolah Alika memang kebetulan ada jam pelajaran olahraga. Sore hari sepulang sekolah, seperti biasa Alika juga asyik bermain kejar-kejaran dengan teman-temannya yang tinggal tak jauh dari rumah kami.
Untuk meredakan rasa nyeri di kaki Alika, saya memijat kakinya pelan-pelan. Katanya rasa sakit itu muncul di sekitar betis dan daerah belakang lututnya. Tapi, lama-lama kok menyebar juga ke daerah sekitar paha.
Wah, pasti ini kecapekan berat, kata saya. Jadilah sepanjang malam itu saya beralih profesi menjadi mbok tukang pijat bagi si kecil. Besok paginya, rasa sakit di kaki Alika lenyap tanpa bekas. Dia pun bisa pergi sekolah dan bermain seperti biasa. Hingga lusa, masih tidak ada keluhan apa-apa.
Tapi di malam hari ketiga, kejadian serupa kembali berulang. Alika mengeluh kakinya sakit lagi. Padahal sepanjang hari itu dia tidak olahraga, juga tidak terlalu banyak bermain di luar rumah. Jadi bukan karena kebanyakan bergerak, dong? Pikir saya.
Akhirnya malam itu saya kembali memijat kakinya. Kali itu dengan tambahan minyak kayu putih, supaya sensasi hangatnya bisa membantu menghilangkan rasa nyeri pada kaki Alika. Sekitar setengah jam memijat, Alika sudah happy kembali karena sakit kakinya hilang. Dia pun bisa tidur dengan nyenyak. Sama seperti sebelumnya, rasa sakit di kaki itu kembali hilang tanpa jejak.
Tapi, lagi-lagi, seminggu kemudian, Alika mengeluh kakinya sakit lagi. Kali itu bahkan ditambah dengan acara terbangun di tengah malam untuk meminta saya memijat kakinya. Waduh, ini ada apa sih sebenarnya? Saya mulai merasa ada sesuatu yang tidak wajar. Akhirnya saya pun sibuk membolak-balik buku kesehatan keluarga yang ada di rumah sembari berselancar di internet, mencari penjelasan tentang apa yang dialami Alika.
Singkat kata, saya tiba di sejumlah situs kesehatan yang menjelaskan tentang growing pains. Di sini growing pains dikenal juga dengan nama nyeri tumbuh. Berdasarkan penjelasan yang saya baca, ternyata nyeri kaki tanpa sebab seperti yang dialami Alika adalah suatu kondisi yang biasa dialami anak-anak berusia 3-12 tahun.
Apa penyebab munculnya keluhan nyeri kaki ini masih belum jelas, tetapi growing pains lebih banyak dialami oleh anak-anak yang aktif secara fisik. Sejak keluhan growing pains pertama kali dialami Alika sekitar dua tahun lalu hingga kini, keluhan nyeri kaki itu masih suka muncul sesekali.
Bedanya, frekuensinya tak lagi sesering dulu. Dulu Alika bisa mengeluh nyeri kaki hingga 3 kali seminggu. Tapi kini, sejak 2 bulan terakhir, keluhan sakit kaki Alika sudah tidak pernah muncul lagi. Si kecil Anda juga pernah mengalaminya?
Artikel Blog Mama
Penulis: Nayu Novita
Mama dari Rendra dan Alika ini rutin menulis artikel feature terutama seputar kesehatan dari pola asuh anak di sejumlah media. Lulusan jurusan arsitektur ini gemar mengumpulkan info dan berbagai sumber tentang kesehatan anak.
Hari itu di sekolah Alika memang kebetulan ada jam pelajaran olahraga. Sore hari sepulang sekolah, seperti biasa Alika juga asyik bermain kejar-kejaran dengan teman-temannya yang tinggal tak jauh dari rumah kami.
Untuk meredakan rasa nyeri di kaki Alika, saya memijat kakinya pelan-pelan. Katanya rasa sakit itu muncul di sekitar betis dan daerah belakang lututnya. Tapi, lama-lama kok menyebar juga ke daerah sekitar paha.
Wah, pasti ini kecapekan berat, kata saya. Jadilah sepanjang malam itu saya beralih profesi menjadi mbok tukang pijat bagi si kecil. Besok paginya, rasa sakit di kaki Alika lenyap tanpa bekas. Dia pun bisa pergi sekolah dan bermain seperti biasa. Hingga lusa, masih tidak ada keluhan apa-apa.
Tapi di malam hari ketiga, kejadian serupa kembali berulang. Alika mengeluh kakinya sakit lagi. Padahal sepanjang hari itu dia tidak olahraga, juga tidak terlalu banyak bermain di luar rumah. Jadi bukan karena kebanyakan bergerak, dong? Pikir saya.
Akhirnya malam itu saya kembali memijat kakinya. Kali itu dengan tambahan minyak kayu putih, supaya sensasi hangatnya bisa membantu menghilangkan rasa nyeri pada kaki Alika. Sekitar setengah jam memijat, Alika sudah happy kembali karena sakit kakinya hilang. Dia pun bisa tidur dengan nyenyak. Sama seperti sebelumnya, rasa sakit di kaki itu kembali hilang tanpa jejak.
Tapi, lagi-lagi, seminggu kemudian, Alika mengeluh kakinya sakit lagi. Kali itu bahkan ditambah dengan acara terbangun di tengah malam untuk meminta saya memijat kakinya. Waduh, ini ada apa sih sebenarnya? Saya mulai merasa ada sesuatu yang tidak wajar. Akhirnya saya pun sibuk membolak-balik buku kesehatan keluarga yang ada di rumah sembari berselancar di internet, mencari penjelasan tentang apa yang dialami Alika.
Singkat kata, saya tiba di sejumlah situs kesehatan yang menjelaskan tentang growing pains. Di sini growing pains dikenal juga dengan nama nyeri tumbuh. Berdasarkan penjelasan yang saya baca, ternyata nyeri kaki tanpa sebab seperti yang dialami Alika adalah suatu kondisi yang biasa dialami anak-anak berusia 3-12 tahun.
Apa penyebab munculnya keluhan nyeri kaki ini masih belum jelas, tetapi growing pains lebih banyak dialami oleh anak-anak yang aktif secara fisik. Sejak keluhan growing pains pertama kali dialami Alika sekitar dua tahun lalu hingga kini, keluhan nyeri kaki itu masih suka muncul sesekali.
Bedanya, frekuensinya tak lagi sesering dulu. Dulu Alika bisa mengeluh nyeri kaki hingga 3 kali seminggu. Tapi kini, sejak 2 bulan terakhir, keluhan sakit kaki Alika sudah tidak pernah muncul lagi. Si kecil Anda juga pernah mengalaminya?
Artikel Blog Mama
Penulis: Nayu Novita
Mama dari Rendra dan Alika ini rutin menulis artikel feature terutama seputar kesehatan dari pola asuh anak di sejumlah media. Lulusan jurusan arsitektur ini gemar mengumpulkan info dan berbagai sumber tentang kesehatan anak.