Deteksi Anak Disleksia
Disleksia adalah jenis gangguan belajar yang biasanya muncul dalam bentuk kesulitan membaca dan menulis. Tapi meski begitu, disleksia biasanya tidak mempengaruhi kemampuan lain seperti kecerdasan, kemampuan menganalisis, serta daya sensorik pada indera perasa. Meski ada kondisi disleksia yang disebabkan oleh trauma pada kepala, sebagian besar kasus disleksia merupakan kondisi yang diwariskan secara genetis.
Kata Laura Bailet, Ph.D, pakar neurologi dari Florida, Amerika, ”Ketrampilan membaca itu pada dasarnya mirip dengan naik sepeda, kita harus melakukan banyak hal dalam waktu bersamaan. Dengan rajin berlatih, seorang pembaca pemula akan bisa membaca secara otomatis, sehingga energi mentalnya bisa digunakan untuk mengingat dan memahami materi yang mereka baca. Nah, kondisi disleksia menyebabkan seseorang sulit menghubungkan antara bunyi dengan bentuk huruf. Jadi, jangankan mengerti isi tulisan, untuk membaca saja mereka sulit,” kata Bailet.
Menurut penelitian, disleksia terjadi karena ada masalah dalam pemrosesan informasi di dalam otak seseorang, terutama di dalam bagian otak yang mengatur kemampuan berbahasa. Karena alasan inilah, kegiatan membaca tidak bisa dilakukan secara otomatis sehingga membutuhkan ekstra usaha untuk bisa merangkaikan huruf menjadi kata, apalagi menjadi kalimat. Berikut ini adalah beberapa gejala disleksia yang paling sering muncul:
- Kesulitan melafalkan kata-kata yang agak panjang.
- Kesulitan mempelajari urutan alfabet, urutan nama hari dalam seminggu, juga dalam mengenali warna, bentuk, dan angka.
- Kesulitan membagi suku kata (misalnya, se-pa-tu untuk sepatu).
- Kesulitan menulis. Selain seringkali salah mengeja, tulisan tangan pengidap disleksia juga biasanya menulis terbalik dari kanan ke kiri—seperti ketika kita membaca tulisan melalui cermin.