Agar Anak Mau Rapikan Mainan
“Kevin, bereskan mainan-mainanmu, sebentar lagi kakek dan nenek akan berkunjung. Malu dong, rumah berantakan begini,” kata Tina pada si enam tahun Kevin.
Yang diajak bicara tetap asyik bermain seolah tak mendengar apa yang dikatakan mamanya. Tina terpaksa harus mengulangi apa yang ia katakan sekali lagi sebelum Kevin menoleh dan menjawab, “Memangnya kenapa, Ma? Aku kan, lagi main.”
Tenang, Ma. Tak perlu terpancing untuk marah. Ia tidak bermaksud membuat Anda kesal, ataupun menentang Anda. Anak dan orangtua memang cenderung berbeda pendapat soal ini karena sudut pandang yang berbeda. Kalau orangtua ingin rumah selalu rapi, anak tidaklah demikian.
Anak sama sekali tidak terganggu oleh pemandangan mainan yang berserakan, kamar yang berantakan, atau baju yang teronggok di lantai. Mereka bisa tidur, bermain, dan beraktivitas di tengah segala kekacauan itu. Justru bagi mereka sikap mama sungguh mengherankan. Kenapa sih, mama ribut terus soal membereskan mainan?
Cobalah memahami, Ma. Minat anak-anak berubah dengan cepat dari waktu ke waktu. Mereka beralih dari satu mainan ke mainan lain, sehingga dengan segera mainan yang mereka keluarkan tahu-tahu sudah bertumpuk. Mereka tidak tertarik membereskan lagi mainan-mainan itu karena perhatian mereka sudah terserap oleh hal-hal lain yang bagi mereka jauh lebih menarik.
Nah, agar Anda tak perlu pusing-pusing membuatnya membereskan mainan, mulai sekarang gantilah strategi, Ma. Sediakan sebuah keranjang besar yang bisa ia seret ke sana kemari dan menjadi wadah praktis tempat ‘mendaratkan’ semua mainan-mainannya. Kalau ada mainan yang cukup kecil, atau puzzle yang kepingan-kepingannya bisa terserak, masukkan dulu ke dalam plastik dengan ziplock agar bisa disimpan dengan aman tanpa tercecer ke dalam wadah itu.