Strategi Memberi Makanan Sehat Pada Anak
Suatu hari, saya mengobrol dengan rekan saya, Tengku Asra, yang tinggal di Pondok Indah. Ia berniat memindahkan anaknya dari kelompok bermain gara-gara dia dan suaminya melihat pemandangan yang cukup ‘mengganggu’. “Banyak anak di sekolah itu yang kegemukan!” ujar Asra. Mereka tak mau anaknya, Hamzah, menganggap obesitas sebagai hal yang wajar.
Saya jadi tertarik nih. Saya tahu benar kalau kegemukan yang terjadi sejak kanak-kanak bisa berlanjut hingga dewasa kelak. Ujung-ujungnya ya membawa mereka pada seabrek masalah kesehatan. Di bawah ini, cara-cara untuk membantu anak agar bobotnya tetap ideal (plus hidupnya lebih baik dong!) serta pertanyaan yang sering muncul:
Kelihatannya, si kecil (1 tahun) akan gemuk seperti kakaknya. Bisakah dicegah sejak dini?
Berbeda dengan orang dewasa, anak memerlukan nutrisi dan kalori tambahan sebagai ‘bahan bakar’ untuk tumbuh kembang. Meski begitu, tetap saja kalori yang masuk dan kalori yang keluar harus seimbang. Inilah tipnya agar berat anak selalu terjaga:
Latih kepekaan rasa mereka. Kalau anak dibiasakan makan yang sehat-sehat, pola ini akan terbawa sampai nanti. Makanya, mulailah membentuk kebiasaan ini sejak dini.
Hanya sajikan makanan yang sehat. Misalnya, perbanyak sayur dan buah, batasi asupan gula (coret minuman yang diberi pemanis buatan dalam daftar belanja!), olahlah makanan secara sehat (lebih banyak yang dipanggang atau direbus ketimbang digoreng), dan sebagainya. Lupakan aturan ‘habiskan makananmu'.
Anak harus belajar berhenti makan begitu kenyang. Jika ia harus selalu menghabiskan apapun (padahal perutnya sudah tidak muat lagi), Anda bakal kerepotan untuk menyuruhnya berhenti makan nantinya! Catatan: Tak perlu menyediakan makanan yang berlebihan. Kalau masih lapar, si kecil pasti minta lagi kok.
Siasati acara makan bersama. Penelitian membuktikan, keluarga yang selalu makan bersama, minimal 1 kali sehari, akan mengonsumsi makanan yang lebih bergizi dibandingkan mereka yang tidak melakukannya. Yang penting, jangan hidangkan semua makanan di atas meja, melainkan taruhlah makanan (yang lengkap dan sesuai kebutuhan) di piring masing-masing. Juga, aturlah agar acara makan ini berlangsung paling lama sekitar 30 menit.
Anak saya menolak makan berbagai makanan sehat. Bagaimana cara memotivasinya?
Inilah masalah yang paling umum (dan bikin pusing) para orangtua. Bisa kok disiasati. Caranya sebagai berikut:
Pamerkan kebiasaan sehat Anda. Anak adalah peniru ulung. Makanya, Anda (plus suami) harus kompak dan membuat si kecil selalu melihat Anda berdua menikmati makanan yang baru dan sehat. Catatan: Jika Anda tak suka makanan tertentu (padahal itu baik untuk anak), berpura-puralah menikmatinya. Selera Anda bisa berkembang lho. Bisa-bisa Anda malah jadi penggemar berat makanan tersebut kelak.
Buatlah makanan sehat sebagai satu-satunya pilihan. Kosongkan kulkas dan lemari dari makanan yang tidak sehat, serta hanya siapkan makanan bergizi seimbang pada waktu makan bayi. Begitu lapar, mau tidak mau anak akan makan makanan yang disediakan.
Perkenalkan makanan baru setiap minggu. Jika awalnya anak tidak mau menyentuh makanan, cobalah lagi, lagi, dan lagi. Bila perlu, sajikan makanan tersebut sampai 10 kali sebelum si kecil tergerak untuk mencicipinya. Penelitian membuktikan, anak akan menerima makanan yang semula ditolaknya, setelah terekspos makanan tersebut sampai 10-15 kali. Jadi, jangan memaksa dan jangan cepat-cepat menyerah ya!
Biarkan anak memilih. Berikan daftar makanan yang terbaik bagi anak, lalu biarkan ia memilih 2-3 jenis makanan yang paling disukainya. Anak pasti akan menghabiskan makanan yang dipilihnya sendiri.
Tambahkan saja sesuatu. Beberapa sayur (misalnya brokoli atau bayam) mengandung suatu zat, sehingga terasa pahit. Untuk menetralisir rasa pahit tersebut, tambahkan garam, gula, lelehan keju di atasnya, dan sebagainya.
Si 3 tahun saya selalu buru-buru menelan makanannya. Apa jalan keluarnya?
Ini memang sering terjadi pada anak. Namun, anak harus belajar makan secara perlahan-lahan dan tidak sekaligus. Kalau tidak, bisa-bisa ia tidak dapat mengerem makannya. Perut memerlukan waktu untuk memberitahu otak kalau ‘kapling’ yang ada sudah penuh. Makanya, Anda harus benar-benar mengatur porsi makanan si kecil. Ini triknya:
Potonglah makanan dalam ukuran kecil. Juga, berikan garpu khusus anak-anak. Cara ini akan membuatnya terbiasa mengunyah makanan yang lebih kecil.
Ajaklah ngobrol. Ketika makan bersama, tanyakan berbagai hal pada anak. Misalnya, aktivitasnya pada hari itu, apa yang dilakukan babysitter, dan sebagainya. Dengan menjawab pertanyaan Anda, mau tidak mau ia akan memperlambat tempo makannya. Katakan pula, bahwa ia harus makan perlahan-lahan, sebab ini adalah bagian dari pelajaran sopan santun.
Jadikan ajang permainan. Misalnya, ajak anak berlomba mengunyah. Ia harus menghunyah nasi sampai 10 kali dan lain-lain. Selain seru, tantangan seperti ini akan membuatnya tidak terburu-buru mengunyah makanan.
Mengapa minum air penting bagi anak?
Anak harus banyak-banyak minum agar bisa melakukan berbagai aktivitas sehari-hari. Apalagi, jika udara sedang panas-panasnya.
Minum air is a must. Anak yang masih kecil gampang sekali dehidrasi alias kekurangan cairan tubuh, sebab ia terlalu ‘sibuk’ beraktivitas (bermain). Saking asyiknya, ia sering lupa atau malas minum. Begitu sadar, ternyata sudah terlambat. Ia sudah keburu dehidrasi. Makanya, ajarkan anak untuk sering-sering minum. Catatan: Kekurangan cairan bisa membuat si kecil kelelahan atau pusing.
Pilih-pilih air minum. Air memainkan peran vital dalam tubuh. Di antaranya adalah membantu tubuh menjalankan fungsinya dengan baik. Makanya, air putih harus selalu jadi pilihan utama ketika si kecil haus.
Siapkan alternatif lain. Kekurangan cairan dalam tubuh si kecil bisa pula diatasi dengan memberinya buah yang banyak mengandung air (misalnya semangka), sup, dan sebagainya. Catatan: Batasi konsumsi minuman manis yang berlebihan, sebab ini merupakan penyebab utama kegemukan pada anak. Hindari pula memberinya minuman bersoda yang mengandung kafein, karena kafein akan membuat anak sering-sering pipis dan kehilangan cairan tubuh (padahal ia perlu cairan untuk tubuhnya).