Trik Menumbuhkan Anak-anak Abad 21 yang Mindful
Seperti yang kita ketahui bahwa mindfulness memang kerap dikaitkan dengan peran sebagai orang tua. Anda mungkin pernah mendengar istilah mindful parenting. Atau, mungkin Anda sendiri sedang berusaha mempraktikannya secara konsisten.
Sebenarnya, pengetahuan dan praktik mindfulness tidak hanya berlaku untuk orang dewasa. Robin Muljadi, Director of Academic School & Children The Golden Space Indonesia yang juga instruktur meditasi sekaligus pegiat pengasuhan dan anti-bullying mengatakan bahwa anak-anak pun perlu dipaparkan dengan mindfulness dan bahkan mempraktikannya dalam keseharian. Robin menyampaikan data dari WHO bahwa 10-20% anak mengalami gangguan kesehatan mental. Salah satu faktor pemicunya adalah peningkatan tekanan dan tantangan dalam seluruh aspek kehidupan yang harus dihadapi oleh anak-anak, misalnya saja transformasi digital, penggunaan media sosial, tekanan teman sebaya, tuntutan akademis, dan lainnya.
Dimulai dari Orang Tua
Untuk mengajarkan anak-anak agar lebih mindful, Richard Sidharta, Kepala Asosiasi Sekolah Nasional dan Swasta (ANPS) Indonesia dalam diskusi panel “Raising 21st Century Mindful Children” sebagai rangkaian acara Express and Manifest yang diadakan oleh The Golden Space Indonesia, mengatakan bahwa orang tua harus menjadi teladan utama. Ia menyampaikan bahwa orang tua justru menjadi pihak yang sering kali memberi tekanan pada anak. Berbagai tuntutan prestasi akademik, sikap yang dianggap baik, maupun kemampuan lainnya secara tidak langsung akan membebani anak-anak.
Oleh karena itu, Richard menyarankan orang tua untuk “detach” dari anak-anak. Yang dimaksud dengan detach di sini bukanlah memisahkan diri, melainkan memberi jarak untuk tidak terlalu mengintervensi. Bebaskan anak-anak untuk menjadi dirinya sendiri, mengambil keputusannya sendiri, serta mengatur dirinya sendiri.
“Anak-anak itu tidak selamanya butuh orang tuanya 24 jam,” ujar Richard. Ada kalanya kesalahan orang tua adalah menganggap anaknya masih kecil dan belum bisa apa-apa sehingga selalu turun tangan.
Padahal, menurut Richard, waktu di mana anak tidak dengan orang tua tersebut adalah kesempatan bagi diri mereka sendiri untuk mengenal dirinya sendiri, mengetahui kebutuhannya, dan mencari cara untuk memenuhinya. Pada dasarnya, kesempatan trial by error itu memberikan mereka kesempatan untuk berpikir lebih mindful di kemudian hari lantaran mereka sudah punya bekal belajar dari kesalahan. Hal itu tidak akan tercapai bila orang tua terlalu menuntut dan ikut campur di seluruh kehidupan anak.
Anak-anak Generasi Pandemi
Tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi juga membawa tekanan yang tak kurang besarnya bagi anak-anak. Gracia Danarti, Pemimpin Redaksi Parenting Indonesia dan Ayahbunda selaku pembicara menyampaikan bahwa sekolah daring menjadi salah satu stresor anak.
Pasalnya, anak-anak menghadapi perubahan besar dari rutinitas hariannya. Mereka tidak bisa bertemu dengan teman-teman, masih sulit membiasakan diri belajar di depan layar, atau belum lagi harus menghadapi gangguan sinyal. Untuk menghadapi itu semua, anak-anak butuh lebih mindful agar tidak mengalami stres yang lebih berat sehingga fokus dan atensi belajar mereka tetap terjaga. Mindfulness tersebut hanya bisa terwujud ketika orang tua juga memberikan contoh untuk selalu bersikap tenang dan adaptif.
Baca juga:
5 Alasan Bagaimana Mindfulness Dapat Meningkatkan Kualitas Hubungan
Cepat Langsing dengan Mindful Eating
Cara Tangani Perbedaan Pola Asuh Anak
LELA LATIFA
FOTO: FREEPIK