Pergantian Kurikulum Sekolah Anak
Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah Kabinet Kerja Anies Baswedan memutuskan untuk membatalkan pelaksanaan Kurikulum 2013 (walaupun kurikulum 2013 tetap dilanjutkan di sekolah-sekolah yang sudah menerapkannya selama 3 semester).
Alasannya, pengembangan kurikulum sebenarnya belum tuntas, pelatihan untuk para guru dan kepala sekolah belum merata dan belum tuntas, penyediaan buku-buku pelajaran kurikulum 2013 ini pun belum terlaksana dengan lancar. Karena ketergesa-gesaan penerapan Kurikulum 2013, para siswa, guru dan orang tua siswa terpaksa menghadapi segala konsekuensinya. Akhirnya, demi kepentingan pendidikan anak-anak kita, Anies pun mengambil keputusan di atas.
Beliau mengatakan bahwa kurikulum pendidikan nasional memang harus terus menerus dikaji sesuai dengan waktu dan konteks pendidikan di Indonesia untuk mendapat hasil terbaik bagi para siswa, namun kita juga tidak boleh memandang bahwa pergantian kurikulum secara otomatis akan meningkatkan kualitas pendidikan. Anies juga berpendapat bahwa kunci pengembangan kualitas pendidikan adalah para guru, karena itu sembari memperbaiki dan mengembangkan Kurikulum 2013 yang dibatalkan pelaksanaannya tersebut, pemerintah juga akan meningkatkan kompetensi para guru serta kepala sekolah di Indonesia.
Dari obrolan Parenting Indonesia dengan para mama dan guru, nampaknya banyak yang mendukung dibatalkannya Kurikulum 2013, walau banyak juga mama yang mengeluh karena kurikulum sekolah bolak-balik diganti. Menurut mereka, Kurikulum 2013 sebenarnya bagus dan menyenangkan karena menuntut guru dan murid (juga orang tua) untuk lebih kreatif. Namun karena pelatihan dan sarana yang mendukung Kurikulum 2013 ini belum lengkap, akhirnya malah membingungkan murid, guru dan orangtua.
Foto: Getty Image