Menanamkan Sportivitas pada Anak
Sebentar lagi sekolah anak Anda akan mengadakan berbagai lomba. Anak semangat untuk ikut ambil bagian. Memang, lomba yang diadakan tidak seserius lomba orang dewasa. Anak Anda dan teman-temannya pasti akan bersenang-senang mengikuti perlombaan.
Meskipun begitu, yang namanya lomba, pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Jangan sampai ia jadi sedih atau kecewa karena tidak menang lomba. Untuk itu, tidak ada salahnya Anda mengenalkan dan menanamkan si kecil jiwa sportif sejak dini. Kenapa? Karena lomba atau kompetisi dan sikap sportif adalah bagian tak terpisahkan.
Bisa menang, bisa kalah
Ajarkan si kecil bahwa menang dan kalah itu adalah satu paket. Dalam setiap lomba, pasti ada yang menang dan kalah, dan setiap orang pasti mengalaminya. Karena itu, Wendy Middlemiss, Ph.D, Profesor Psikologi Pendidikan di University of North Texas, AS, menyarankan, agar ketika menang, anak tidak perlu senang secara berlebihan, dan ketika kalah ia tidak usah merasa kecewa atau sedih berlarut-larut.
Tentu saja mengingatkan dan menanamkan si kecil tentang hal ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Bisa dimaklumi bahwa balita belum benar-benar dapat menerima konsep sportivitas, karena ia masih memiliki perasaan egosentris, menilai segalanya dari sudut pandang dirinya sendiri.
Jadi contoh
Anda lebih dululah yang diharapkan bisa memberi contoh pada si kecil bagaimana bersikap sportif. Misalnya, ketika kebetulan Anda terlibat dalam lomba olahraga di kompleks rumah Anda, maka jadilah pemenang yang sesungguhnya, saat menang tidak perlu bersikap sombong.
Sebaliknya, saat kalah, Anda juga bisa menerima kekalahan dengan besar hati. Begitu pun saat Anda menjadi penonton dalam sebuah pertandingan. Saat tim pujaan Anda menang, Anda tidak harus menyombongkan tim Anda tersebut.
Dan jika kalah, tidak perlu memaki-maki tim lawan atau menyalahkan wasit, melainkan berikan tanggapan positif. Biasakan hal ini, baik saat bersama anak maupun tidak sedang bersamanya. Si kecil bakalan mencontoh perilaku Anda ini.
Berlatih sportif
Memiliki jiwa sportif perlu ditanamkan dalam diri anak. Kelak, akan dibawa si kecil sampai ia dewasa dalam mengatasi kompetisi demi kompetisi, terutama kompetisi dengan dirinya sendiri.
Anda bisa melatih jiwa sportivitas anak lewat kegiatan sederhana, misalnya dengan berolahraga seperti lomba lari dengan Anda ataupun lomba mengendarai sepeda. Tentu saja, berikan kesempatan menang dan kalah pada anak. Jangan biarkan anak fokus pada hal yang ia tak bisa lakukan. Sebaliknya, berikan dukungan untuk menyemangati anak.
Baca juga:
Persiapkan Anak Sebelum Ikut Lomba
Rambu-rambu Saat Anak Ikut Lomba
Setia pada Proses
Kita semua tentu ingin menang. Meskipun begitu, Anda tidak perlu selalu berpesan pada anak, “Kamu harus menang, Nak.” Sebab ini akan menjadi beban buatnya.
Ketimbang melakukan itu, Dr. Sylvia Rimm, Ph.D, dari Family Achievement Clinic Educational Assessment Service, Inc., menyarankan agar Anda mengatakan, “Ayah dan Bunda senang karena kamu mau mencoba sebaik mungkin.” Hal ini akan membuat si kecil merasa ia berusaha dengan memberikan yang terbaik dan melupakan rasa takut akan kompetisi.
Ketika ia sudah selesai mengikuti lomba, puji juga keberaniannya karena sudah mampu berjuang hingga selesai. Tanyakan pula bagaimana keseruannya tadi saat bertanding bersama teman-teman, atau ada momen lucu apa, daripada menanyakan siapa yang menang dan siapa yang kalah.
Tentu saja Anda juga perlu menonton si kecil bertanding agar tahu kelemahan si kecil selama pertandingan sehingga Anda bisa membantunya berlatih meningkatkan kemampuannya dan ia pun akan bisa menang di kesempatan lain.
Tatkala kalah
Si kecil menangis dan terlihat kecewa saat kalah? Tidak apa. Pastikan Anda tidak ikut memperlihatkan wajah kecewa apalagi marah padanya, karena ini hanya akan membuatnya semakin sedih. Sebaliknya, jadilah tempat baginya untuk berkeluh kesah, sambil tetap memberikan dukungan bahwa si kecil sudah melakukan yang terbaik.
Setelah itu, ajari dan ingatkan anak untuk mengakui kemenangan lawan, karena dengan begitu ia sebetulnya juga sudah menjadi ‘pemenang’ karena bisa bersikap besar hati.
Nikmati lomba
Bisa jadi lomba yang dikuti si kecil, seperti menyusun balok, sudah jadi makanannya sehari-sehari sehingga ia berpeluang besar untuk menang. Kendati demikian, tetap bantu si kecil agar tidak fokus pada kemenangan semata, melainkan menikmati proses lomba tersebut.
Katakan padanya, “Just enjoy the game!” Ajari juga si kecil agar selalu fokus pada lomba yang sedang ia jalani dan tidak usah memedulikan hasil akhir.
Yang terpenting proses
Si kecil selalu merasa senang saat orangtuanya gembira melihatnya berhasil melakukan sesuatu atau menang dalam perlombaan. “Sifat kompetitif secara natural muncul pada balita mulai usia 4 tahun. Mereka berlomba-lomba ingin bisa menampilkan yang lebih, karena anak pada usia ini mulai mengetahui artinya menang.
Sayangnya, mereka belum memahami betul apa itu konsep menang dan kalah. Mereka hanya tahu bahwa menjadi pemenang adalah baik sehingga mereka ingin selalu menang dalam segala hal," papar Eileen Kennedy-Moore, Ph.D, penulis buku Smart Parenting for Smart Kids.
Untuk itu, Jadilah ayah yang selalu berada di sisi si kecil dan mendukungnya, tak hanya saat ia menang, tapi juga saat ia sedih karena kalah dalam lomba. Ini akan mengajarkan pada balita bahwa yang terpenting adalah proses, bukan hasil akhir, sehingga ia tidak akan semata mengejar kemenangan, bahkan berlaku curang demi menang agar orangtuanya merasa senang terhadapnya.
Foto: Fotosearch