Manfaat Menulis Bagi Anak
foto search
Secara umum, budaya menulis memiliki banyak sekali manfaat. Di antaranya sebagai media penyaluran emosi maupun ekspresi diri, belajar beropini, melatih kesabaran, mengasah komitmen, dan banyak lagi. Seperti menggambar atau melukis, menulis juga bermanfaat melatih kreativitas dan mengembangkan imajinasi. Khususnya bagi anak-anak, menurut Amelia Hirawan, psikolog anak sekaligus art therapist dan writing coach, ada tiga manfaat besar kegiatan menulis.
1. Meningkatkan intelegensi
Pada saat menulis, untuk memperkaya tulisannya, anak akan terpancing melakukan riset, juga menambah dan mempelajari kosa kata baru. Sedangkan untuk menyelesaikan tulisannya, anak dituntut berpikir secara sistematis dan terstuktur. Semua hal ini berperan dalam perkembangan intelegensi anak, meningkatkan kemampuan verbal, sekaligus menopang performa akademisnya, karena dunia sekolah tidak pernah lepas dari kegiatan menulis.
2. Media terapi atau katarsis
Kita dapat ‘membaca’ seseorang melalui tulisannya. Walau yang ditulis adalah kisah fiksi sekalipun, anak cenderung memasukkan kepribadian atau pengalamannya sendiri, ke dalam alur cerita maupun kepribadian tokoh. Amelia memberikan contoh seorang anak yang telah menerbitkan buku berkisah tentang tokoh yang melakukan bullying terhadap kawannya. Bersumber dari buku tersebut, akhirnya orang tua mengetahui bahwa si anak ternyata pernah menjadi seorang penindas. Bagi anak, menulis dapat membantunya untuk mengomunikasikan hal-hal yang sulit dia utarakan secara lisan. Seperti pada putri Arie, Haleeza (11) yang pendiam. Begitu terbiasa dengan huruf, Haleeza lebih suka corat-coret dan menulis untuk menyampaikan isi hatinya.
3. Berlatih memecahkan masalah dan mengambil kesimpulan
Berdasarkan pengalaman Amelia, dalam setiap writing camp selalu ada pertanyaan dari anak tentang bagaimana membuat penyelesaian naskah atau menentukan ending. “Anak-anak sangat kreatif, punya imajinasi luar biasa. Mereka selalu lancar membuat pembukaan cerita, juga menyusun konflik. Namun, biasanya mereka terganjal di penutupnya. Ini sesuai dengan teori, bahwa anak-anak seumuran itu memang belum lihai memecahkan masalah besar sendiri,” tuturnya. Banyak berlatih menulis karya utuh dapat mengasah kemampuan anak memecahkan masalah.