Anak Belajar Soal Perbedaan Lewat Mainan
Mengajarkan perbedaan pada anak, sekaligus menghormatinya, merupakan tugas para orang tua. Salah satu cara yang bisa Mama lakukan untuk mengajari anak adalah melalui mainan.
Kampanye #ToyLikeMe pun menggugah beberapa produsen mainan besar. Lewat 20 ribu lebih tanda tangan yang berhasil dikumpulkan petisi #ToyLikeMe, banyak perusahaan mainan berusaha menciptakan produk yang sesuai dengan kehidupan nyata dan melibatkan disabilitas. LEGO, misalnya, yang selama ini dikenal oleh anak-anak sebagai mainan menyusun balok untuk membangun kapal bajak laut atau mobil balap, kini meluncurkan karakter anak laki-laki yang memakai topi rajut, sedang duduk di kursi roda. Karakter itu akan menjadi bagian dari set permainan terbaru mereka yang muncul sekitar bulan Juni 2016. Set tersebut menggambarkan adegan di taman dengan anak-anak yang
sedang bermain di playground. Karakter LEGO wheelchair muncul dengan seekor anjing yang bertugas membantu anak lelaki tersebut.
Mattel, produsen boneka Barbie yang menjadi favorit anak perempuan di seluruh dunia, juga memproduksi Barbie dalam tiga bentuk. Dahulu, Barbie bertubuh ramping, berkaki jenjang, bermuka cantik, berambut pirang, dan berkulit putih. Kini, Barbie memiliki bentuk tubuh berbeda-beda: tinggi, kecil, dan juga berlekuk, yang dijual bersamaan dengan versi original. Mattel mendesain ulang icon Barbie setelah mengalami banyak kritik mengenai proporsi tubuh boneka itu yang tak ‘manusiawi’.
Selain itu, ada perubahan dalam definisi kata ‘cantik’. Cantik tak lagi hanya ditunjukkan oleh rambut lurus pirang, kulit putih dan tubuh langsing. Perubahan bentuk tubuh Barbie juga diikuti dengan perubahan warna kulit dan model rambut. Mattel menganggap perubahan itu bukan semata-mata agar Barbie tampil berbeda, namun sekaligus mengakomodasi keinginan anak-anak perempuan untuk bermain dengan boneka yang mirip diri mereka. Barbie dengan body image baru itu mulai dipasarkan online sejak 28 Januari 2016.
Foto : Fotosearch