Ajarkan Anak Waspadai Orang Tak Dikenal
Belakangan, kasus kejahatan terhadap anak kembali marak. Data Komnas Anak terbaru menyebutkan, selama 6 bulan pertama di tahun 2015, sudah terjadi sekitar 40 kasus kejahatan terhadap anak. Salah satunya adalah penculikan. Data tersebut tentu menjadi semacam alarm bagi orang tua untuk meningkatkan kewaspadaannya dalam menjaga anak. Tak heran, jika belakangan ini, semakin banyak orang tua yang merasa perlu memasang monitor CCTV di penjuru rumahnya, memakaikan GPS tracker pada anak, hingga melakukan tes kepribadian pada calon pengasuh anak! Terdengar berlebihan? Tidak juga, kalau Anda menganggap keselamatan anak adalah yang utama.
Tapi, di atas semua tindakan pengamanan tersebut, ada satu hal yang tak boleh Anda lupa lakukan sebagai orang tua: Membekali anak dengan kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri! Iya, karena itulah ‘kunci terakhir’ anak untuk menyelamatkan diri kalau-kalau semua tools yang Anda pasang ternyata tidak bekerja efektif. Bagaimana caranya? Simak paparan Anna Surti Ariani, SPsi, MSi, atau kerap disapa Nina, dalam kelas parenting “Is Stranger Danger?” yang diadakan TigaGenerasi beberapa waktu lalu.
Kenapa Anak?
Kenapa anak? Padahal, mereka hanyalah makhluk kecil tak berdaya yang polos dan tak berdosa. Rasanya, sulit membayangkan ada seseorang yang begitu tega menyakiti anak-anak. Tetapi justru sifat dasar anak anak yang pada umumnya tidak memiliki prasangka buruk, mudah dibujuk, atau dimanipulasi, serta masih memiliki banyak keterbatasan dalam hal kekuatan fisik, logika berpikir, dan keberanian, yang menjadi ‘pendorong’ seseorang untuk berbuat jahat kepada anak. Dan, menurut Nina, kalau diteliti lebih lanjut, ternyata ada berbagai motif yang bisa melatar belakangi terjadinya kejahatan pada anak, terutama penculikan. Beberapa di antaranya adalah, motif ekonomi, perebutan hak asuh anak, kelainan perilaku, balas dendam, dll.
Siapa Pelakunya?
Pelaku kejahatan pada anak bisa berasal dari anggota keluarga atau orang yang dikenal biasa terjadi pada kasus perceraian atau perebutan hak asuh, atau dendam serta orang lain yang non keluarga. Latar belakang motif penculikan biasanya masalah ekonomi (minta tebusan), untuk mengancam atau menakut-nakuti orang tua, perdagangan anak, kejahatan seksual pada anak, serta gangguan jiwa si pelaku.
Bekali Anak dengan Jurus Menghadapi Orang Asing
Menurut Nina, 1 hal yang paling harus dihindari orang tua adalah: Jangan katakan pada anak untuk tidak berbicara pada orang yang tak dikenal. Lho, kenapa? Karena, jika terjadi sesuatu pada anak di tempat umum, ia harus tahu caranya meminta tolong pada orang lain yang juga tidak dikenalinya. Jadi, yang harus Anda ajarkan adalah bahwa anak boleh bicara dengan orang asing ketika:
1. Sedang bersama dengan orang tua.
2. Orang tua memperkenalkan anak pada orang lain.
3. Orang tua menyebutkan bahwa orang itu adalah kenalan mama atau papa.
Tapi, di atas semua tindakan pengamanan tersebut, ada satu hal yang tak boleh Anda lupa lakukan sebagai orang tua: Membekali anak dengan kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri! Iya, karena itulah ‘kunci terakhir’ anak untuk menyelamatkan diri kalau-kalau semua tools yang Anda pasang ternyata tidak bekerja efektif. Bagaimana caranya? Simak paparan Anna Surti Ariani, SPsi, MSi, atau kerap disapa Nina, dalam kelas parenting “Is Stranger Danger?” yang diadakan TigaGenerasi beberapa waktu lalu.
Kenapa Anak?
Kenapa anak? Padahal, mereka hanyalah makhluk kecil tak berdaya yang polos dan tak berdosa. Rasanya, sulit membayangkan ada seseorang yang begitu tega menyakiti anak-anak. Tetapi justru sifat dasar anak anak yang pada umumnya tidak memiliki prasangka buruk, mudah dibujuk, atau dimanipulasi, serta masih memiliki banyak keterbatasan dalam hal kekuatan fisik, logika berpikir, dan keberanian, yang menjadi ‘pendorong’ seseorang untuk berbuat jahat kepada anak. Dan, menurut Nina, kalau diteliti lebih lanjut, ternyata ada berbagai motif yang bisa melatar belakangi terjadinya kejahatan pada anak, terutama penculikan. Beberapa di antaranya adalah, motif ekonomi, perebutan hak asuh anak, kelainan perilaku, balas dendam, dll.
Siapa Pelakunya?
Pelaku kejahatan pada anak bisa berasal dari anggota keluarga atau orang yang dikenal biasa terjadi pada kasus perceraian atau perebutan hak asuh, atau dendam serta orang lain yang non keluarga. Latar belakang motif penculikan biasanya masalah ekonomi (minta tebusan), untuk mengancam atau menakut-nakuti orang tua, perdagangan anak, kejahatan seksual pada anak, serta gangguan jiwa si pelaku.
Bekali Anak dengan Jurus Menghadapi Orang Asing
Menurut Nina, 1 hal yang paling harus dihindari orang tua adalah: Jangan katakan pada anak untuk tidak berbicara pada orang yang tak dikenal. Lho, kenapa? Karena, jika terjadi sesuatu pada anak di tempat umum, ia harus tahu caranya meminta tolong pada orang lain yang juga tidak dikenalinya. Jadi, yang harus Anda ajarkan adalah bahwa anak boleh bicara dengan orang asing ketika:
1. Sedang bersama dengan orang tua.
2. Orang tua memperkenalkan anak pada orang lain.
3. Orang tua menyebutkan bahwa orang itu adalah kenalan mama atau papa.