Agar Anak Lebih Terbuka pada Orangtua
Menginjak usia praremaja, anak biasanya cenderung lebih pendiam. Yang tadinya suka menceritakan kegiatannya seharian, mungkin sepulang dari sekolah atau setelah bermain dengan temannya, sudah jarang bercerita lagi.
Sebenarnya hal ini wajar terjadi karena anak sedang mengalami pergeseran, di saat ia sudah mulai mengenal dunia luar, keluarganya menjadi bukan prioritas lagi baginya. Namun, tidak jarang anak malah menjadi pribadi yang tertutup dan tidak jujur. Oleh sebab itu, orangtua harus tetap memonitor kesehariannya dengan sering ngobrol dengan anak.
Di bawah ini ada 7 tip yang dapat Anda lakukan untuk mengembalikan ‘kehebohan’ anak Anda, yaitu:
1. Ajak anak ngobrol secara teratur (tentang apa pun). Dengan begitu, ia akan merasa selalu punya waktu untuk berkomunikasi dengan Anda. Ciptakan rutinitas ngobrol di sore hari, mungkin sambil mengajak anjing peliharaannya berjalan-jalan, atau setelah makan malam sambil nonton televisi.
2. Saat sedang dalam perjalanan, mungkin saat mengantar anak ke sekolah, atau saat akan bepergian, ajaklah anak berbicara. Ajukan pertanyaan yang spesifik namun terbuka, seperti “Apa saja kejadian hari ini yang ingin kamu ceritakan pada Mama?”, atau “Kenapa, sih, kamu suka sekali pergi dengan Jeremy?” Jika ia hanya memberi tatapan kosong pada Anda, tunggulah sejenak. Anak biasanya akan berbicara setelah diberi ruang bernapas sejenak.
3. Bermain membuat anak merasa nyaman karena ia merasa fokus pembicaraan tidak tertuju padanya. Anda bisa mencoba mengajaknya bermain saat makan malam, misalnya mengajak setiap anggota keluarga untuk menceritakan apa yang terjadi pada hari itu.
4. Ajukan banyak pertanyaan untuk anak. Bukan sekedar basa basi tentunya, tapi untuk menunjukkan pada dirinya cara berkomunikasi dua arah yang baik. Sesekali, minta anak untuk bertanya tentang hal-hal yang terjadi pada Anda karena itu akan mengajarkannya berempati dan membuatnya lebih dekat pada Anda.
5. Cobalah untuk menahan diri untuk tidak memberinya saran saat sedang ngobrol. Jika Anda terlalu cepat memberinya saran, ia mungkin akan merasa dihakimi dan justru malah akan semakin menutup diri.
6. Nasihati anak tanpa terdengar seperti menceramahi. Jauh lebih efektif untuk menunggu dan katakan kemudian, “Mama berpikir tentang apa yang kamu katakan, dan sepertinya Mama punya beberapa ide untuk masalah kamu. Mau dengar?” Setelah itu, ikuti dengan kalimat, “Apa pendapatmu tentang ide Mama?”
7. Saat sedang dalam perjalanan ke rumah dari tempat bekerja, coba kirimkan SMS atau telepon anak Anda. Percakapan singkat ini akan memberi Anda gambaran singkat tentang suasana hatinya saat itu. Selama di jalan, Anda dapat mempersiapkan bagaimana akan menghadapi anak Anda setibanya di rumah nanti.