4 Kesalahan Orang Tua yang Merusak Harga Diri Anak
Anak-anak yang tumbuh dengan harga diri atau self esteem yang tinggi berasal dari keluarga yang menghargainya dan memberinya kepercayaan. Harga diri yang kuat mendorong seseorang untuk dapat melewati tantangan, mencoba hal baru, serta melakukan evaluasi dan mencari cara baru saat menjumpai kegagalan.
Sayangnya, menurut Jeffrey Bernstein, Ph.D., psikolog anak, remaja, dan keluarga di Pennsylvania, AS, serta penulis buku 10 Days to a Defiant Child mengatakan bahwa masih banyak orang tua yang secara tidak sadar melakukan kesalahan yang dapat merusak harga diri anak-anak. Apa sajakah kesalahan tersebut?
1. Berteriak
Memukul sudah banyak diketahui memiliki dampak psikologis yang negatif pada anak. Berteriak pun sebetulnya memiliki dampak yang sama buruknya dengan memukul. Ketika Anda berteriak, Anda menunjukkan kontrol impuls yang buruk pada kemarahan. Menggertak dan meneriaki anak sama saja dengan melemahkan anak Anda.
Meskipun mungkin terasa bahwa Anda telah berhasil menghentikan perilaku buruk mereka, perlu dipahami bahwa ini hanya berlaku dalam jangka pendek. Buruknya, berteriak dapat mengurangi keberanian dan keinginan anak untuk melakukan percakapan yang konstruktif bersama orang tua dalam rangka menyelesaikan masalah, mengatasi konflik, dan membangun harga diri.
2. Mengungkit-ungkit Kesalahan Masa Lalu
Setelah masalah atau konflik diselesaikan, jangan terus mengungkit-ungkitnya. Anak-anak berhak mengawali sesuatu yang baru. Terus mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu akan mengajarkan mereka untuk mengingat keburukan seseorang dan menyimpan dendam untuk jangka waktu yang lama.
Di samping itu, anak-anak perlu tahu bahwa begitu suatu masalah diselesaikan, itu menjadi bagian dari masa lalu. Dengan tidak mengungkit kesalahan mereka dan sebaliknya memperkuat mereka dengan motivasi positif, semakin baik perasaan mereka tentang diri mereka sendiri. Mereka akan belajar bahwa orang-orang mempercayainya bila mereka berupaya memperbaiki kesalahannya.
3. Membuat Anak Merasa Bersalah
Tanpa disadari, orang tua sering kali menyuntikkan rasa bersalah pada anak. Misal, saat anak melakukan kesalahan seperti meninggalkan buku PR-nya. Perkataan seperti, “Coba lihat, Mama harus capek melakukan hal yang seharusnya bukan tanggung jawab Mama,” akan membuat rasa bersalahnya bertambah 2 kali lipat.
Atau saat anak Anda tak sengaja menendang bola ke jendela tetangga hingga pecah, Anda mungkin mengatakan, “Lihat, betapa malunya Mama karena ketidakhati-hatianmu ini.”
Anak-anak butuh divalidasi perasaannya. Pada saat mereka melakukan kesalahan, mereka butuh dipahami dan didukung untuk memperbaiki kesalahannya. Orang tua yang menggunakan rasa bersalah untuk mengendalikan anak-anak mereka berisiko mengasingkan mereka. Hal ini tentu dapat merusak harga dirinya lantaran merasa tidak becus melakukan banyak hal.
4. Menyindir
Tanpa menggunakan bentakan, Anda berusaha berbicara dengan si kecil yang telah melakukan kesalahan dengan sindiran. Anda menggunakan hal-hal yang menyiratkan kebalikan dari apa yang Anda katakan melalui nada suara Anda, misalnya saja kalimat seperti, "Oh, pintar sekali ya kamu," ketika anak Anda membuat pilihan yang buruk.
Sindiran dapat menyakitkan karena membuat anak-anak merasa malu. Pada gilirannya, rasa malu yang membesar akan merusak harga diri mereka. Menjatuhkan anak melalui sindiran juga menciptakan hambatan bagi orang tua untuk berkomunikasi secara efektif dengan anak-anak mereka.
Baca juga:
Orang Tua Percaya Diri = Anak Percaya Diri
Tumbuhkan Rasa Percaya Diri
Anak Percaya Diri atau Tidak?
Anak Berani Tampil = Percaya Diri?
Kiat Membangun Percaya Diri Anak
(LELA LATIFA)
FOTO: FREEPIK