Orang Tua dan Anak Belajar Tangkas Berinternet
Foto: grc
Di era digital saat ini, rasanya memang tidak mungkin anak-anak steril dari gadget dan internet. Anak-anak generasi Z, dan terutama generasi Alfa, memiliki ‘keterampilan’ istimewa dalam hal pengoperasian dan pemahaman gadget serta dunia digital. Orang tua dituntut untuk lebih melek digital, sekaligus memiliki kemampuan untuk memberikan perlindungan bagi anak-anak mereka, sehingga anak-anak tidak kebablasan. “Nggak mungkin dilarang sama sekali. Tetapi, yang bisa dilakukan orang tua adalah belajar dunia digital, sehingga anak-anak menganggap orang tuanya funky dan asyik,” kata Diena Haryana, pendiri Yayasan Sejiwa.
Internet telah menjadi ‘playground’ bagi anak-anak; tempat mereka bermain, belajar, dan bersosialisasi. Namun, internet membuka peluang risiko dan bahaya yang kerap membuat orang tua khawatir. Selain konten yang tidak tepat untuk anak, mungkin karena orang tua belum menggunakan perlindungan parental lock, yang belakangan paling dirasakan sebagai ancaman bagi anak-anak adalah perundungan di dunia maya (cyber bullying).
Menyoroti masalah anak-anak dalam berinternet dan ancaman yang mengintai, Diena mengungkap, “Pengalaman kami dalam memberikan pelatihan bagi berbagai sekolah dan instansi, juga sebagai lembaga yang fokus kepada pendidikan, kami melihat bullying sebagai permasalahan yang signifikan dalam dunia pendidikan. Terlebih lagi, di era digital saat ini, internet dapat menjadi alat untuk menyebarkan kebaikan dan hal-hal positif, tetapi banyak juga yang disalahgunakan. Kemudian, apa yang harus dilakukan anak-anak ketika melihat bullying di dunia maya? Apa yang harus dilakukan untuk menghentikan penyebaran pesan berbahaya atau intimidasi dunia maya? Hal-hal ini menjadi penting untuk dimengerti agar anak-anak Indonesia bijak berinternet,” papar Diena, dalam acara Tangkas Berinternet, yang digagas Google Indonesia. 10 Februari lalu.
Dari sisi anak, coba dengarkan apa yang dikatakan Emil Rahadian Fadhilah, siswa SMP Labschool Cibubur. Dia mengajak anak-anak seusianya untuk memahami dunia digital dengan baik dan benar, “Karena kalau tidak, kita akan mudah tertipu dan termakan berita-berita tidak benar,” cetusnya. Ia mengingatkan orang tua untuk juga belajar dan memiliki kemampuan tangkas berinternet, agar bisa menjaga dan bermain bersama-sama anak-anak mereka.
Program Tangkas Berinternet diadakan dalam rangka memperingati Hari Aman Berinternet Sedunia (Safer Internet Day), yang jatuh pada tiap tanggal 11 Februari. Peluncurannya dihadiri Bintang Puspayoga, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, program ini diselenggarakan bersama Yayasan Sejiwa dan Indonesia Online Child Protection (ID-COP) dan didukung oleh Kementerian PPPA RI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dan Siberkreasi.
Tangkas Berinternet adalah program global literasi digital dan keamanan online yang dijalanka n Google, bertujuan untuk meningkatkan ketahanan berinternet anak-anak, dengan menganjurkan 5 sikap penting: Cerdas, Cermat, Tangguh, Berani, dan Bijak. Program ini memuat beberapa materi ajar untuk guru dan orang tua, situs terkait literasi digital, dan permainan berbasi web untuk mengajarkan literasi digital kepada anak-anak dengan bantuan guru dan orang tua. Materi dapat diakses di g.co/tangkasberinternet.
Gracia Danarti