Bullying di Keluarga
“Maaaa, aku dipukul kakak!!” “Maaaa, kakak nggak mau pinjemin mainannya!!” “Maaaa, bukuku dicoret kakak!!” “Maaaa, aku nggak dikasih cokelat sama kakak!!” “Maaa, aku nggak boleh ikutan main sama kakak!!” Jika Anda mempunyai lebih dari satu anak, kemungkinan besar teriakan-teriakan tersebut bukan hal asing di telinga. Tumbuh besar dengan kakak atau adik, pengalaman menjahili atau dijahili saudara tentu merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari.
Pertengkaran dan bahkan perkelahian antar saudara masih wajar jika terjadi sekali-sekali. Tapi mama dan papa boleh waspada jika setiap acara permainan keluarga berakhir dengan tangisan salah satu anak Anda, atau salah satu anak Anda ‘dikucilkan’ oleh saudara kandungnya. Soalnya perilaku seperti itu sudah menjurus ke bullying.
Dr. Lucy Bowes dari departemen intervensi dan kebijakan sosial Universitas Oxford berkata, “Kami bukan membahas mengenai kejahilan-kejahilan yang sering terjadi dalam keluarga, tetapi mengenai insiden yang terjadi beberapa kali dalam seminggu, di mana korban diabaikan oleh saudaranya atau mengalami kekerasan verbal maupun fisik.”
Orang tua yang peduli terhadap masalah ini harus berbicara kepada anak-anak sedini mungkin sebelum masalahnya menjadi semakin gawat. Sangat penting untuk mengatasi masalah mendasar di balik perilaku bullying daripada menganggapnya hanya sebuah persaingan antar saudara yang normal terjadi. Di-bully secara teratur oleh saudara dapat meningkatkan risiko depresi pada anak ketika mereka beranjak dewasa menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Oxford.
Lalu, apa yang bisa dilakukan mama-papa agar bullying tidak terjadi di dalam keluarga Anda? Yang utama tekankan dan praktekkan empati dalam hubungan keluarga, antara mama-papa, antara orangtua dan anak, serta antara kakak-adik. Selain itu, jauhkan acara hiburan keluarga dari hal-hal yang ‘berbau’ bullying. Acara televisi misalnya, hindari acara komedi dimana penonton (termasuk Anda dan anak-anak) menertawakan tokoh yang kerap diolok-olok, dihina, bahkan dikasari secara fisik. Kalau tidak ada acara yang pas untuk ditonton oleh seluruh anggota keluarga, lebih baik matikan televise dan keluarkan aneka permainan yang bisa dimainkan oleh mama-papa-kakak dan adik.
Pertengkaran dan bahkan perkelahian antar saudara masih wajar jika terjadi sekali-sekali. Tapi mama dan papa boleh waspada jika setiap acara permainan keluarga berakhir dengan tangisan salah satu anak Anda, atau salah satu anak Anda ‘dikucilkan’ oleh saudara kandungnya. Soalnya perilaku seperti itu sudah menjurus ke bullying.
Dr. Lucy Bowes dari departemen intervensi dan kebijakan sosial Universitas Oxford berkata, “Kami bukan membahas mengenai kejahilan-kejahilan yang sering terjadi dalam keluarga, tetapi mengenai insiden yang terjadi beberapa kali dalam seminggu, di mana korban diabaikan oleh saudaranya atau mengalami kekerasan verbal maupun fisik.”
Orang tua yang peduli terhadap masalah ini harus berbicara kepada anak-anak sedini mungkin sebelum masalahnya menjadi semakin gawat. Sangat penting untuk mengatasi masalah mendasar di balik perilaku bullying daripada menganggapnya hanya sebuah persaingan antar saudara yang normal terjadi. Di-bully secara teratur oleh saudara dapat meningkatkan risiko depresi pada anak ketika mereka beranjak dewasa menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Oxford.
Lalu, apa yang bisa dilakukan mama-papa agar bullying tidak terjadi di dalam keluarga Anda? Yang utama tekankan dan praktekkan empati dalam hubungan keluarga, antara mama-papa, antara orangtua dan anak, serta antara kakak-adik. Selain itu, jauhkan acara hiburan keluarga dari hal-hal yang ‘berbau’ bullying. Acara televisi misalnya, hindari acara komedi dimana penonton (termasuk Anda dan anak-anak) menertawakan tokoh yang kerap diolok-olok, dihina, bahkan dikasari secara fisik. Kalau tidak ada acara yang pas untuk ditonton oleh seluruh anggota keluarga, lebih baik matikan televise dan keluarkan aneka permainan yang bisa dimainkan oleh mama-papa-kakak dan adik.
Topic
#MentalMerdeka