Langkah Kecil untuk Berempati pada Orang Tua dengan Anak Autis
Anda mungkin sering mendengar istilah ‘perempuan mendukung perempuan’ atau ‘ibu mendukung ibu’ saat ada seorang kawan yang berbagi kisah mengenai perjuangannya menghadapi mom shaming. Ya, menjadi ibu memang tidak mudah. Ibu akan dengan sangat mudah dihakimi, dikritik habis-habisan, bahkan dipermalukan saat anaknya mengalami masalah, apalagi ketika anak tantrum di depan umum.
Selain mom shaming, sebetulnya ada juga yang disebut dengan dad shaming. Serupa, hanya korbannya adalah para laki-laki. Sehingga, menurut saya, kejadian-kejadian tersebut sebetulnya adalah hal yang sangat mungkin dialami oleh semua orang tua, baik perempuan maupun laki-laki. Oleh karenanya, yang membutuhkan dukungan bukan hanya Mama atau Papa saja, melainkan kedua orang tua.
Membaca kisah Whitney Ellenby, seorang pengacara, mantan anggota Departemen Kehakiman Amerika Serikat, serta seorang ibu dari seorang anak dengan autisme yang berjudul Autism Uncensored: Pulling Back the Curtain, membuat saya semakin menyadari betapa rentannya orang tua mendapatkan kritik dari lain tanpa mereka mengetahui apa yang sedang dialami.
Dalam bukunya, Whitney mengisahkan betapa seringnya ia mendapatkan komentar miring atau kritik ketika anaknya yang mengalami autisme, tantrum di depan umum. Whitney menceritakan bahwa sedikit sekali orang yang berempati padanya saat ia kesulitan menenangkan anaknya. Tak jarang, ia dan anaknya justru dicap sebagai pembuat onar.
Gayatri Pamoedji, ketua Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI) mengatakan bahwa kurangnya empati dari orang lain adalah hal yang sering dihadapi oleh para orang tua dengan anak-anak autis. Gayatri menjelaskan bahwa anak-anak autis memiliki kondisi tidak stabil di mana mereka mudah tantrum. “Sayangnya tidak banyak orang yang tahu bagaimana harus bersikap ketika ada anak autis yang tantrum,” ujarnya. Senada dengan kisah Whitney, Gayatri yang juga ibu dari seorang anak autis menjelaskan bahwa orang tua sering kali justru dihakimi ketika anak autisnya tantrum.
Oleh karenanya, lewat Spekix (Special Kids Expo) 2019 lalu, Gayatri mengajak masyarakat umum untuk lebih berempati pada orang tua dengan anak-anak autis dengan langkah-langah kecil berikut ini:
Empati, empati, dan empati
Alih-alih menghakimi, luangkan ruang di hati Anda untuk lebih empati kepada orang tua yang anaknya sedang tantrum di ruang publik. Pikirkan bahwa orang tua ini sedang kesulitan untuk menenangkan anaknya. Anda tidak sebaiknya menambahi beban mereka dengan berkomentar negatif.
Tidak Lebih dari 5 Detik
“Kebiasaan masyarakat kita itu kalau ada anak autis sedang tantrum, biasanya suka menatap terus.” ujar Gayatri. Ia mengajak agar kita tidak lagi menjadikan mereka ‘bahan tontonan’. “Kalau ada anak autis tantrum, jangan melihat lebih dari 5 detik,” tegasnya.
Beri Senyuman
Gayatri menyarankan, “Bila ingin memberi dukungan pada orang tuanya, cukup berikan senyum. Itu sangat bisa membantu mendinginkan mereka.”
Jangan Menggunakan Kata-kata ‘Autis’ sebagai Bahan Olok-olok atau Bercanda
Di Indonesia, sering kali kata ‘autis’ digunakan sebagai bahan olok-olok atau bercanda. “Autis, lo!” gumam Gayatri mencontohkan. Gayatri menyebut bahwa hal tersebut sudah seperti menjadi kebiasaan umum. Ia menyarankan sebaiknya kita lebih bijak untuk tidak menjadikan autisme sebagai bahan bercanda atau olok-olok. “Orang tua dengan anak autis berjuang sepanjang hidupnya. Dengan mendengar kata-kata itu, betapa patah hatinya mereka,” ujarnya.
Pelayanan yang Lebih Ramah
Gayatri menuturkan bahwa penting membuat pelatihan kepada para petugas di tempat publik seperti satpam atau pelayan untuk lebih memahami anak autisme yang tantrum. “Sering kali cara mereka menangani anak autisme disamakan dengan anak lainnya,” ujarnya. Oleh karenanya ia mengingatkan agar bila melihat pelayanan di tempat publik kurang ramah terhadap anak dengan autisme, sebaiknya Anda tak segan untuk mengingatkan.
Baca juga:
7 Ciri Autisme
Anak Penyandang Autisme Juga Bisa Sukses Seperti 5 Tokoh Ini
Terapi Yoga Anak dengan Autisme di Kids Yoga Jakarta
Pembagian Spektrum Autisme dan Penyebabnya
Cari Info Penting Autisme di Sini!
(LELA LATIFA)
FOTO: UNSPLASH