Cegah Penularan Hepatitis dari Ibu ke Bayi
Hepatitis yang disebabkan oleh virus merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan yang umum terjadi di negara berkembang. Prof. DR. Dr. David Handojo Muljono SpPD, FINASIM, PhD, dari Komite Ahli Hepatitis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, menjelaskan bahwa tak hanya menyebabkan kesakitan dan kematian, hepatitis B dan C mengakibatkan kerugian sosio-ekonomi yang besar. Selain menyebabkan hilangnya produktivitas generasi yang terinfeksi penyakit itu, biaya pengobatan yang dibutuhkan pun amatlah besar.
Kunci penting penanggulangan hepatitis adalah memutus mata rantai penularan, salah satunya adalah penularan vertikal dari ibu hamil dengan hepatitis, atau yang berisiko hepatitis, kepada bayinya. Dr. dr. Hanifah Oswari, Sp.A(K), dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, dalam acara edukasi peringatan Hari Hepatitis Sedunia pada Juli lalu, menjelaskan, “Proses penularan hepatitis B dari mama kepada bayinya, walaupun dapat terjadi selama masa kehamilan, tetapi sebagian besar (95 persen) terjadi pada proses persalinan.
Bayi yang tertular hepatitis B akan tumbuh dengan penyakit tersebut, tanpa menunjukkan gejala, tetapi dapat berkembang menjadi hepatitis kronis atau sirosis hati saat anak-anak atau dewasa. Bahkan, kondisi tersebut sewaktu-waktu dapat menjadi kanker hati karena hepatitis B. Untuk itu, ibu hamil dengan risiko hepatitis sangat dianjurkan melakukan pemeriksaan apakah dirinya HBsAg positif atau negatif.”
Selanjutnya, masih menurut dr. Hanifah, bayi dari mama dengan status HBsAg negatif atau tidak diketahui akan diberikan imunisasi aktif dengan pemberian HB 0 kurang dari 24 jam setelah lahir bersamaan dengan pemberian vitamin K-1. Bayi dari mama dengan HBsAg positif akan diberikan imunisasi immunoglobulin kurang dari 24 jam setelah lahir bersamaan dengan pemberian HB 0 pada paha yang berbeda, diikuti dengan imunisasi hepatitis B sesuai dengan program imunisasi nasional, yaitu pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Saat bayi nanti berusia 9-12 bulan, akan dilakukan tes HBsAg serta titer anti HBs.
Meski penyakit hepatitis dapat diobati, tak ada salahnya melakukan tindakan pencegahan dengan menjaga kebersihan dan kesehatan diri serta lingkungan, menghindari faktor risiko, melakukan deteksi dini dan pengobatan hingga benar-benar bebas dari hepatitis sebelum hamil.