Tak terasa sudah 1 tahun lebih kita terbiasa dengan pola kerja yang baru, yakni work form home (WFH). Awalnya banyak yang optimistis bahwa WFH justru bisa membawa hal positif seperti lebih banyak memiliki waktu untuk keluarga karena tak harus pergi ke kantor.
 
Akan tetapi, euforia tersebut sepertinya tidak berlangsung lama. Sebab, ada saja keluhan dari sana-sini bahwa WFH justru membuat kabur batas antara waktu kerja, waktu untuk diri sendiri, serta waktu untuk keluarga. Bahkan, tidak sedikit Mama dan Papa yang mengeluhkan bahwa 24 jam bersama di rumah karena pandemi ini tidak begitu saja membuat kepuasan atas hubungan mereka meningkat. Justru, ada saja perselisihan yang terjadi. Entah itu soal pembagian tugas rumah, mengasuh anak, atau kesibukan yang tampak tanpa jeda.
 
Mardianto Wijaya, Senior Brand Manager Health Category Reckitt Indonesia dalam diskusi media virtual pada Jumat, 16 Juli 2021 memaparkan riset bahwa hanya 14% masyarakat Indonesia yang mengatakan bahwa hubungan mereka baik-baik saja. “Artinya, 86% mengatakan hubungan mereka nggak baik-baik saja. Ya, ada cekcok, dan sebagainya,” ujarnya.
 
Psikolog klinis, Inez Kristanti yang juga hadir di dalam acara tersebut mengatakan bahwa tidak sedikit pasangan yang merasa bahwa sudah 24 jam bersama tapi tidak merasakan dampak yang sangat signifikan terhadap hubungan. “Karena kita nggak mendedikasikan waktu yang benar-benar untuk pasangan. Disambi kerja, sambil balas e-mail,” ujarnya.
 
Menurut Inez, dengan sistem kerja dari rumah atau WFH, banyak orang tidak bisa membuat batas waktu yang jelas antara waktu bekerja dan istirahat. “Kita sudah ngeblur batasannya,” ujarnya.
 


Hal yang sama dialami oleh aktor Chicco Jerikho yang merasa bahwa kehidupannya di masa pandemi ini justru semakin padat. “Kayak dari satu meeting nyambung ke meeting berikutnya kita cuma tinggal klik button. Dulu sebelum pandemi, bisa pindah dulu, break dulu,” ceritanya.
 
Inilah yang dalam pandangan Inez, bisa berpengaruh ke dalam kondisi hubungan. Karena kesibukan menyelesaikan pekerjaan yang sering tidak kenal waktu, akhirnya tidak ada waktu istrirahat yang berkualitas antara pasangan. Alhasil, hubungan terasa hambar, tidak ada koneksi, dan justru rentan terjadi konflik.
 
Inez menekankan pentingnya couple time walau di rumah saja. Melihat hal tersebut, inilah alasan yang mendorong Durex mengampanyekan  gerakan #BreakTime. Durex ingin meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya semua orang untuk mengambil waktu istirahat. “Durex ingin membantu mengingatkan masyarakat terutama pasangan untuk mengambil istirahat. Break time yang dimaksud adalah tinggal dulu semua rutinitas.
 
Apa saja yang bisa dilakukan. Intinya, sih, lets take a break dan lakukan apa pun yang bisa membuat relaks.”
 
Terkoneksi dengan Pasangan, Kunci WFH Beres
Inez menyebut bahwa ketika Anda dan pasangan mengambil istirahat untuk menciptakan waktu yang berkualitas dengan pasangan, maka hubungan akan terasa lebih baik. Dampaknya, hubungan yang positif juga akan membawa hal yang positif bagi diri masing-masing untuk menjalani hari.
 
Chicco juga sepakat dengan hal ini. Dirinya yang sering menyempatkan mengambil waktu istirahat untuk berduaan dengan pasangan dengan menonton di malam hari  mengatakan, “Mood itu sebenarnya apa yang kita bangun dari rumah, kan. Kalau dari rumah kita mood-nya baik, akhirnya kebawa kemana aja, ke pekerjaan. Kalau kita nggak release, nggak fresh, nggak dapat break time yang berkualitas, maka kita nggak akan bisa handle itu semua.”
 
Ada beberapa hal yang disarankan Inez agar Anda dan pasangan bisa tetap terkoneksi selama WFH dan dapat meningkatkan kepuasan hubungan:

1. Jadwalkan waktu istirahat untuk diri sendiri dan waktu istirahat bersama pasangan.
2. Bersikap asertif untuk menyampaikan keinginan yang bisa dilakukan saat berduaan
3. Jangan main kode untuk mengharap inisiatif pasangan.
4. Jangan lakukan pekerjaan lainnya saat sedang berduaan dengan pasangan