Tidak ada ayah
Suatu saat, anak Anda pasti akan bertanya tentang ayahnya. Semakin besar, dia akan makin mengamati bahwa sebuah keluarga itu selalu terdiri dari ayah, ibu dan anak(-anak)nya. (Seperti yang ia amati dari keluarga saudara-saudaranya, keluarga teman-temannya, dari film-film yang ditontonnya di televisi, dan mungkin juga dari pelajaran di sekolahnya).
Saya menduga, kekhawatiran Anda berasal dari anggapan bahwa Anda telah memberikan kehidupan yang tidak sempurna bagi si kecil. Tapi, coba Anda periksa lagi, apakah sampai ia berusia 2 tahun, ada masalah dengan si kecil? Apakah ia termasuk anak yang bermasalah; cengeng atau suka mengamuk, misalnya? Atau, dia happy-happy saja? Kalau jawaban Anda yang kedua, berarti Anda telah memenuhi kebutuhannya akan kasih sayang, tak peduli ada ayahnya atau tidak. Jadi, Anda tak perlu khawatir. Terangkan saja pada si kecil apa yang telah terjadi pada Anda dan pasangan; dan bahwa memang ada bentuk keluarga yang hanya terdiri dari ibu dan anak saja atau ayah dan anak saja.
Yang lebih perlu Anda perhatikan adalah (apalagi kalau anak Anda seorang laki-laki), ada tokoh ‘ayah pengganti’ bagi si anak; apakah itu opanya, om-nya, atau teman laki-laki Anda. Gunanya adalah agar si kecil memiliki contoh (role model) untuk bisa tumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa.
PAR 0308