Penyebab Papa Alami Baby Blues
Baby blues adalah saat dimana perasaan emosi tidak stabil, kadang marah, kadang senang. Baby blues rentan terjadi pada mama. Pertama, karena secara psikologis, pada dasarnya wanita lebih emosional. Kedua, karena faktor biologis yaitu adanya perubahan hormonal. Saat hamil, hormon estrogen dalam tubuh memuncak.
Namun setelah melahirkan, hormon tersebut langsung menurun secara drastis. Penurunan hormon yang drastis inilah yang sering jadi pemicu perubahan mood. Di samping faktor hormonal, faktor fisik pun berperan seperti kelelahan akibat proses persalinan yang panjang atau kurang istirahat karena terlalu memaksakan diri untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Faktor kesiapan psikis, usia, dan sosial, seperti kondisi keluarga, juga bisa memicu timbulnya baby blues.
Nah, bagaimana dengan para papa? Menurut Vera, seorang Pengajar di Universitas Tarumanegara, para papa mengalami sindroma ini lebih kepada faktor ketidaksiapan dan kekhawatiran dirinya. Walaupun tak terungkap --karena mengungkapkan kekhawatiran dan ketakutan bukan kebiasaan pria-- sebetulnya papa memiliki banyak ketidaksiapan dan kekhawatiran yang mengacaukan emosinya.
Penelitian tim Eastern Virginia Medical School, juga mengungkapkan baby blues pada papa sering kali bukan dipengaruhi hormon, tetapi lebih ke arah mental atau tekanan psikis yang dialaminya.
Berikut beberapa ketidaksiapan dan kekhawatiran yang rentan mengacaukan emosi papa baru:
1. Kekhawatiran menjalankan peran papa
"Mampukah saya menjadi papa yang baik? Papa seperti apakah saya kelak? Apakah saya akan menjadi papa seperti papa saya?” antara lain pertanyaan mereka. Jika role father dari papa baru ini sewaktu kecil adalah karakter papa yang baik dan hangat, maka kekhawatiran itu akan berkurang. Jika sebaliknya, papa baru ini pun akan takut dirinya menjelma menjadi ‘manusia es’ seperti papanya dulu.
2. Tanggung jawab merawat anak
Merawat bayi memang tak selalu mudah. Di satu sisi, tanggung jawab ini menekan papa baru, sehingga membuatnya ‘alergi’ mengurus anaknya. Bukannya mendekati si kecil, ia malah menghabiskan banyak waktu di luar rumah dengan beragam alasan.
Tapi, di hatinya, ia merasa didera rasa bersalah, sehingga stres pun datang, di sisi lain, tanggung jawab itu malah menimbulkan tanggung jawab yang besar. Lambat laun papa kehilangan me time. Urusan kerja pun terganggu. Akhirnya, stres karena terbelenggu perasaan sendiri.
3. Ketidaksiapan atas perubahan hubungan bersama istri
Kata orang, suami itu seperti anak laki-laki bertubuh besar. Dia tetap butuh perhatian, limpahan kasih sayang yang besar. Saat si kecil hadir, fokus istri berpindah kepada anak. Keadaan makin parah jika komunikasi suami-istri semakin jarang dan hilangnya aktivitas rutin dan keintiman berdua. Papa yang tersisihkan akan menjadi kecewa, kesal dan marah dengan kondisi ini.
4. Kelelahan fisik
Meski mungkin tak selelah mama, pada minggu-minggu awal, papa juga mengalami kurang tidur dan bekerja ekstra dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Di tambah lagi, papa harus bekerja keesokan harinya.
5. Kekhawatiran finansial
Biasanya terjadi pada kehamilan yang tidak direncanakan. Uang yang seharusnya dibutuhkan untuk memperkuat ekonomi keluarga, terpaksa dipakai untuk mempersiapkan kehadiran si kecil. Ketidaksiapan ekonomi akan membuat beban suami lebih berat, sehingga ia merasa tertekan, apalagi jika hanya dia pengebul asap dapur keluarga. Kekhawatiran ini juga kian bertambah bila belakangan mendapati biaya persalinan hingga perawatan bayi jadi membengkak.
6. ‘Ketularan’ baby blues mama
Gejolak emosi mama sangat rentan memengaruhi papa. Perasaan mellow itu agaknya menular.