Mengapa Harus Bahagia?
Kebahagiaan. Mungkin memang agak sulit didefinisikan dengan kata-kata, namun Anda pasti tahu saat merasakannya. Sayangnya, kita tidak selalu bisa mengontrol kebahagiaan kita. Berdasarkan penelitian, faktor keturunan mungkin sekali berperan soal mudah-tidaknya seseorang merasakan kebahagiaan. Jadi, ada orang yang ‘kurang beruntung’ karena pada dasarnya memang sulit untuk bahagia. Selain faktor gen, tekanan sehari-hari, tragedi yang tak diharapkan, serta faktor lingkungan sekitar, juga dapat membuat semangat hidup seseorang memudar.
Karena itu, kemampuan mengelola naik-turunnya kondisi emosional sangat penting bagi kesehatan fisik dan jiwa, demikian menurut Laura Kubzansky, profesor ilmu sosial dan perilaku di Harvard School of Public Health, AS. Sebuah telaah terhadap lebih dari 200 penelitian psikologi menemukan hubungan antara kondisi psikologis positif (bahagia, optimis, punya kepuasan hidup) dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular.
“Tentu saja tidak sesederhana ‘harus bahagia untuk mencegah serangan jantung’, tapi kalau Anda merasa bahagia atau sejahtera, akan lebih mudah untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan sehat seperti makan makanan bergizi, olahraga, dan cukup istirahat atau rekreasi. Mereka yang bahagia dan punya tujuan hidup melakukan kebiasaan sehat karena mereka menganggap kesehatan sebagai faktor penting dalam mencapai tujuan mereka,” ujar Kubzansky.