Stres adalah masalah yang paling sering dikeluhkan oleh perempuan setelah menjadi ibu. Jujur saja, kewajiban mengurus anak seharian, memiliki jam makan yang berantakan, kurang tidur, dan kurang waktu untuk memanjakan diri sendiri sangat rentan membuat ibu hilang kewarasan, bukan?
Elizabeth Scott, MS, seorang praktisi stress management dan konselor terapi keluarga dari San Diego State University menyebutkan bahwa walaupun setiap ibu memiliki kehidupan yang unik dan berbeda-beda, namun ada beberapa penyebab stres yang mereka alami secara universal atau bisa dikatakan dialami oleh hampir seluruh ibu. Apa saja, ya?
24 jam itu tidak cukup. Begitulah mungkin yang dirasakan oleh tiap ibu. Tuntutan untuk merawat anak dan anggota lain dalam keluarga, mengurus pekerjaan rumah, dan pekerjaan sendiri membuat seorang ibu mudah stres. Ia mungkin merasa waktunya untuk mencuci baju, menjemur, menyeterika, menyapu dan mengepel rumah, belajar dan bermain bersama anak sangatlah kurang. Semua harus dikerjakan segera. Apabila tertunda sedikit saja, pekerjaan akan semakin menumpuk.
Begitu anak lahir, perempuan mungkin akan lebih banyak mengalokasikan fokus, perhatian, dan waktunya untuk anak-anak. Sedangkan, di sisi lain, pasangan pun juga punya tuntutan akan hubungan. Sering kali, karena kelelahan mengurus anak—apalagi saat anak masih sangat kecil, Anda jadi tidak begitu punya energi untuk menanggapi obrolan suami, melakukan aktivitas bersama, atau lebih-lebih untuk berhubungan seks. Pada akhirnya, hal-hal ini berpotensi memicu konflik yang menjadi sumber stres bagi Anda.
Ibu adalah pelindung. Inilah yang sangat mungkin terpatri di benak Anda. Banyak perempuan yang berpikir bahwa dunia ini adalah tempat yang sangat berbahaya bagi anak-anak. Mereka sangat khawatir saat anak-anak yang memanjat-manjat meja, melompat-lompat di kasur, memasukkan semua benda ke dalam mulutnya. Mereka mungkin juga sangat khawatir anaknya sakit karena terpapar virus dan bakteri. Mereka mungkin bisa juga khawatir terhadap perkembangan dan perilaku anak-anak. Sehingga, bagi mereka, setiap perkembangan anak adalah tantangan. Hal ini tentu sangat rentan memicu stres.
Jujur saja, mengelola keuangan keluarga itu tidak mudah. Anda mungkin saja bolong di sana-sini. Anda mungkin juga berusaha menutup ini-itu. Saat tahu bahwa kondisi keuangan tidak memungkinkan, Anda akan berpikir keras bagaimana untuk mencukupi seluruh kebutuhan keluarga. Dan itu bukanlah perkara mudah. Apalagi jika Anda masih menerima tuduhan bahwa Anda tidak becus mengurus keuangan atau dicap sebagai ibu yang boros. Waah, menyakitkan.
“Saya bukan ibu yang baik.” Pernahkah berpikir demikian? Hal ini sangat mungkin. Terlebih bila anak-anak atau keluarga sedang mengalami masalah. Saat anak Anda sakit dan harus dirawat inap, pikiran-pikiran soal ibu yang tidak baik ini rentan muncul karena Anda merasa tidak bisa melindungi anak Anda. Atau saat anak-anak membuat onar di sekolah, Anda mungkin juga meragukan diri Anda sendiri dan merasa menjadi orang tua yang gagal.
Lebih dari itu semua, banyak perempuan yang pada akhirnya kekurangan waktu untuk dirinya sendiri. Bahkan untuk aktivitas primer seperti makan saja harus dilakukan sembari mengawasi anak. Mandi juga menjadi aktivitas yang tidak bisa dikerjakan dengan tenang dan harus dituntaskan secepat kilat sebab Anda selalu terngiang anak-anak memanggil-manggil Anda dari kamar tidur. Anda tidak punya waktu untuk menghibur diri sendiri, untuk tetap terkoneksi dengan diri sendiri, merenung, bertemu orang lain, dan sebagainya.
Baca juga:
7 Manajemen Stres untuk Mama
Perasaan Bersalah Ibu Bekerja Pemicu Stres Kronis
6 Penyakit Ini Bisa Mengintai Anda Ketika Stres
Meredakan Stres Setelah Melahirkan
Mama Stres Pasca Melahirkan? Ini Penyebab dan Gejalanya!
LTF
FOTO: FREEPIK