10 Alasan Perempuan Merasa Kesepian Setelah Menjadi Ibu
Kehadiran anak di rumah memang menjadi penambah ‘keramaian’ di rumah. Akan tetapi, di balik suara tawa anak, teriakannya, dan tangisannya, justru seorang ibu sering merasa kesepian.
Momen menjadi ibu memang melibatkan perasaan yang sangat kompleks. Tak jarang, perasaan kesepian berubah menjadi perasaan terisolasi. Rachel Gurevich, penulis buku The Doula Advantage: Your Complete Guide to Having an Empowered and Positive Birth with Help of a Professional Childbirth Assistant mengatakan bahwa kehadiran anak sering kali menjadikan seorang ibu terisolasi.
Perasaan terisolasi ini bukan semata-mata karena tak ada orang di sekelilingnya. Menurut Rachel, tak jarang seorang ibu merasa kesepian atau aksesnya ke dunia luar menjadi terbatas setelah melahirkan. Hal ini membuat mereka jadi kesepian dan rentan stres.
Rachel menyebutkan faktor apa saja yang membuat seorang ibu merasa kesepian dan terisolasi:
1. Pemulihan Fisik yang Membutuhkan Waktu
Persalinan bukanlah hal yang ringan. Tubuh Anda telah bekerja keras. Anda membutuhkan waktu untuk pemulihan setelah persalinan yang umumnya membutuhkan waktu enam hingga delapan minggu. Akan tetapi, banyak perempuan lain yang merasa belum kembali pulih dalam kurun waktu secepat itu.
Dalam masa pemulihan tersebut, Anda mungkin mengalami sakit punggung, nyeri perineum dan panggul, kantung mata yang membesar lantaran kurang tidur, payudara yang membengkak, dan lain sebagainya. Di masa-masa ini, kecil kemungkinan bagi ibu memiliki energi yang prima untuk meluangkan waktu bersosialisasi denga kerabat atau teman-teman. Inilah yang membuat mereka pada akhirnya ‘terkurung’ di dalam rumah.
2. Menyusui
Menyusui dapat mengisolasi Anda, terutama di awal kelahiran anak. Ya, bayi yang baru lahir lebih sering menyusu. Anda butuh duduk untuk menyusuinya tiap dua sampai tiga jam.
Apalagi, saat growth spurt, jadwal menyusui bisa berubah menjadi tiap jam. Belum lagi waktu yang tersita untuk memompa ASI, semuanya membuat seorang ibu yang baru melahirkan merasa terisolasi sebab tampak seperti tak punya waktu untuk melakukan hal lain selain menyusui.
3. Merawat Anak Menyita Waktu Anda
Rachel menunjukkan hasil survei tentang penggunaan waktu para ibu di Amerika yang memperlihatkan bahwa mereka menghabiskan 22 jam hanya untuk tugas pengasuhan anak di bawah satu tahun. Apakah Anda juga mengalami hal yang sama, Ma? Jika ya, tentu saja kondisi ini membuat Anda kesulitan mengalokasikan sosialisasi ke dalam jadwal Anda.
Saat Anda punya waktu break ketika anak sedang tidur siang, Anda mungkin tidak merasa ingin menelepon teman atau pergi keluar. Anda mungkin lebih suka tidur siang sendiri.
4. Tidak Terbiasa dengan Cuti
Saat hendak melahirkan, Anda mengambil cuti. Di Indonesia, peraturan cuti melahirkan umumnya didapat perempuan selama tiga bulan. Mungkin, ada orang yang berpendapat, “Wah, enak, ya, sekarang di rumah, nggak kerja.” Akan tetapi, belum tentu perasaan inilah yang dirasakan oleh Mama.
Begitu Anda tidak bekerja di luar, Anda akan kehilangan ‘dosis’ waktu sosialisasi yang teratur. Ini tentu membuat Anda rentan merasa kesepian dan terisolasi.
Baca juga: Pentingnya Pertemanan Para Ibu
5. ‘Keharusan’ Berada di Rumah
Bagaimana tidak, waktu-waktu bersama anak yang ‘mengharuskan’Anda lebih banyak berada di rumah tentu bisa menjadi minggu-minggu panjang yang sepi. Perempuan yang memutuskan menjadi stay at home mom melaporkan kesepian sebagai salah satu aspek tersulit dari menjadi ibu. Beberapa stay at home mom bahkan akhirnya memutuskan kembali bekerja, setidaknya paruh waktu atau menjalankan bisnis untuk mengatasi keterasingan.
6. Perubahan Rutinitas
Sesaat setelah melahirkan, rutinitas Anda tentu berubah. Anda tak lagi bisa berkunjung ke kedai kopi favorit tiap hari dan mengobrol dengan pengunjung lain. Anda juga mungkin tidak bertemu teman-teman lain di gym. Anda juga tidak lagi menikmati pemandangan orang-orang yang terburu-buru saat perjalanan ke kantor. Ketika semua rutinitas dan interaksi ini hilang sementara begitu saja, Anda akan merasa sangat kesepian dan terisolasi.
7. Biaya Sosialisasi yang Lebih Terbatas
Membesarkan anak tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ini tentu memotong anggaran bulanan Anda. Akhirnya, para ibu lebih mempertimbangkan ulang kebutuhan untuk sosialisasi lantaran acara makan siang atau nongkrong sering kali butuh biaya yang tak sedikit.
Anda bisa memelajari 4 Tip Atur Anggaran Self-love dari pakar finansial ini untuk mengatasinya.
8. Perubahan dalam Persahabatan
Memiliki anak dapat mengubah persahabatan Anda. Anda mungkin menemukan bahwa Anda kini semakin menjauh dari teman-teman yang lain lantaran perubahan prioritas dan ketersediaan waktu luang.
Baca juga: 4 Fakta tentang Parenthood Friendship
9. Couple Time yang Berkurang
Waktu berkualitas dengan pasangan tentu berkurang setelah Anda memiliki anak. Kini, jikalau Anda dan pasangan menghabiskan waktu di rumah pun, hal tersebut dimanfaatkan untuk mengurus anak dan mendiskusikan urusan rumah.
Pembicaraan dari hati ke hati soal bagaimana hari ini berjalan, apa masalah yang dihadapi, serta cita-cita personal ke depan menjadi hal yang sulit untuk diciptakan. Inilah yang membuat ibu menjadi terasing dan terisolir bahkan sekalipun suami ada di sisinya.
10. Gambaran Tentang Ibu yang Baik
Perasaan terisolasi juga dapat berasal dari tuntutan masyarakat bahwa untuk menjadi ibu yang baik maka Anda harus selalu ada di sisi anak Anda. Padahal, hal ini tentu tidak realistis. Suatu saat, Anda butuh meninggalkannya sebentar hanya untuk belanja, periksa ke dokter, atau bahkan me time.
Sering kali seorang ibu tersiksa dan menjadi kesepian karena tidak bisa ke mana-mana lantaran hal tersebut. Padahal, yang lebih tepat, yang dibutuhkan untuk menjadi ibu yang baik adalah koneksi yang baik antara Anda dan anak.
Baca juga:
Couple Time Ala Natasha Rizky dan Desta
6 Penyebab Umum Stres yang Menimpa Mama
6 Trik Mewujudkan Me Time bagi Mama yang Terlalu Sibuk
7 Keputusan Mama yang Tidak Akan Berdampak Negatif pada Hubungan dengan Anak
LTF
FOTO: SHUTTERSTOCK
Topic
#duniamama #selfcare