Metode PLW dan BLW, Mana Lebih Baik?
Sama seperti tidak ada teknik parenting yang berlaku efektif secara ‘pukul rata’ pada seluruh keluarga, teknik pemberian makanan padat juga idealnya diterapkan secara fleksibel, dengan mempertimbangkan kondisi anak.
Tak sedikit Mama yang melaporkan keberhasilan pemberian makanan padat ala BLW, seperti yang dialami oleh Elliana Basarah, mama 2 putra. “Beda dengan kakaknya, Raka (6), putra kedua saya Rio (2) tidak pernah makan makanan yang dihaluskan sejak kecil. Setelah mencari informasi ke sana-sini, saya dan suami sepakat menerapkan metode BLW. Hasilnya membuat kami takjub.
Di usia 8 bulan, Rio sudah bisa makan 1 buah pir yang masak hingga nyaris habis. Padahal, waktu itu giginya baru tumbuh 1! Di usianya yang sekarang ini, Rio juga tidak pernah menolak ketika disodori makanan apa saja. Beda dengan kakaknya yang suka pilih-pilih makanan,” kata Elliana.
Lain cerita Elliana, lain pula yang dialami Marion Herjanto. Mama dari seorang putri ini hanya bertahan menjalani BLW selama 2 minggu, dan selanjutnya diselingi dengan PLW.
“Melihat gaya makan Kikan yang tidak sabaran, saya khawatir dia tersedak. Dan memang, dia sering tiba-tiba muntah di tengah waktu makan karena kesulitan menelan potongan makanan yang agak besar. Dia juga suka membuang-buang makanan ke lantai sehingga saya khawatir kalau porsi makannya kurang. Atas saran orang tua, saya lalu memberinya makan bubur. Tapi, setiap hari, ia makan finger food, berupa sayur atau buah kukus, untuk latihan mengunyah,” ujar Marion.