Sikap Anak Tidak Spontan, Perlukah Cemas?
Pada dasarnya, anak-anak adalah sosok spontan, yang melakukan apa pun seperti tanpa berpikir panjang. Tetapi, spontanitas anak akan berkurang seiring pertambahan usianya. “Semakin besar, emosinya akan semakin teregulasi. Biasanya, anak mulai bisa meregulasi emosi di usia 3 tahun. Jadi itu yang sedikit demi sedikit menghambat spontanitasnya,” jelas Anna Surti Ariani (Nina), psikolog dari Klinik Terpadu Universitas Indonesia.
Salah satu contoh terjadinya perubahan ini bisa dilihat antara lain saat anak marah. Misalnya, di usia 2 tahun, saat marah, anak membanting barang yang ada di sekitarnya atau badannya, tanpa betul-betul memikirkan efeknya. Tetapi, anak 4 tahun akan berdiam diri, ngambek, atau cemberut saat marah, yang itu merupakan indikator dia meregulasi emosinya. “Namun, tetap penting, anak memiliki begitu banyak spontanitas, baik bagaimana dia mengekspresikan kegembiraannya, atau berkomentar mengenai sesuatu. Nanti, semakin besar, dia akan semakin bisa menentukan dalam hal apa dia bisa lebih spontan, dan dalam hal apa dia harus benar-benar jaim,” kata Nina.
Sebenarnya, perubahan anak menjadi berkurang spontanitasnya saat bayi terjadi secara ‘sengaja’ oleh orang tua. Ketika bayi, orang tua sudah mulai mengenalkan rutinitas dan keteraturan, terutama berkaitan dengan pengasuhan, seperti waktu makan, mandi, kapan mulai beraktivitas, dan tidur. “Ketika anak mempunyai rutinitas jelas, maka hidup, metabolisme, dan emosinya menjadi lebih terstruktur,” kata Nina.
Setiap kali ada aturan atau struktur yang diperkenalkan, spontanitasnya akan berkurang. Misalnya, saat anak mulai diperkenalkan MPASI di usia 6 bulan, pada fase-fase pembentukan disiplin di usia 2-3 tahun, fase masuk sekolah, dll. Walaupun, sebenarnya, keteraturan itu diperlukan anak sejak dini, untuk membuat dia merasa lebih nyaman dan aman. “Dia tetap bisa berkembang sehat secara psikologis, ketika segala macam struktur itu dikombinasikan dengan kehangatan orang tuanya. Kehangatan ini tidak boleh dilewatkan orang tua, seperti banyak memberi pelukan, belaian, sering disentuh, digendong dengan sayang,” kata Nina.
Foto: Pixabay
Baca juga : Anak Belajar dari Tindakan Spontan