Perubahan Kakak karena Adik Bayi
Ketika Sandra Nalendra dari Batutulis, Bogor, membawa pulang bayinya,Daffa, ke rumah, Nadja (3) terlihat sangat gembira. Ia membantu menyiapkan perlengkapan adik bayi, menunjukkan mainan-mainan untuk adik bayi pada mereka yang datang menjenguk, dan bahkan bersedia membantu mama ketika mengganti popok. Semua terlihat baik-baik saja, sampai kemudian perubahan terjadi.
Nadja yang tadinya sudah bisa makan sendiri, kini mulai minta disuapi kalau makan, dan harus sama mama. Ia juga mulai mengompol, padahal sudah satu tahun ini ia hampir tidak pernah mengompol. Nadja juga jadi suka menangis, dan merengek kalau permintaannya tidak dituruti. Anak yang manis dan periang itu kini mulai terlihat agak murung dan menjengkelkan. Apakah ia iri pada adiknya?
Besar kemungkinan Nadja memang merasa iri pada adiknya. Bayangkan saja, Nadja melihat adik bayi suka menangis dan mama selalu tergopoh-gopoh datang untuk menyayangi dan memperhatikan. Adik bayi juga suka mengompol, tapi mama membolehkan. Lalu, mengapa aku tidak seperti itu saja? Aku juga ingin mama selalu memperhatikan dan menyayangiku. Itulah agaknya yang dipikirkan Nadja.
Sikap yang ditunjukkan Nadja cukup sering ditemui pada anak yang baru punya adik. Psikolog sering menyebut keadaan ini sebagai regresi (kemunduran). Gejala yang umum ditemui adalah mengompol lagi, suka marah-marah, menolak toilet training, atau bahkan mau menyusu lagi. Tingkah laku menjengkelkan seperti ini bisa bertambah intensitasnya ketika ia lelah seusai bermain, atau merasa tak diperhatikan.
Kalau sudah seperti ini, sebaiknya Anda memang bersikap sabar, Ma. Beberapa saran berikut dari Pat Spungin dan Victoria Richardson dalam buku mereka The Parentalk Guide to Brothers and Sisters mungkin bisa dicoba.
• Jangan katakan kalau si kakak sudah besar. Ia tak ingin jadi anak besar kalau itu harus membuatnya kehilangan perhatian penuh dari mama. Sebaliknya, berikan padanya pujian ketika ia bersikap seperti anak besar. Jadi, kalau ia mengompol lagi, biarkan saja ia melakukannya, tapi abaikan dia. Berikan pujian serta perhatian lebih besar saat ia tidak mengompol.
• Luangkan waktu khusus untuk si kakak, misalnya setiap siang ketika si bayi sedang tidur. Papa juga bisa dimintai bantuan untuk lebih sering mengajak si kakak jalan-jalan atau bermain puzzle bersama.
• Libatkan si kakak dalam kegiatan si adik, seperti membantu menyiapkan handuk mandi si adik atau bernyanyi bersama mama sambil menjaga si adik.
Selain itu, tunjukkan kalau Anda memahami perasaannya. Kehilangan perhatian, atau bahkan dimarahi karena adik, adalah kekecewaan besar bagi si kakak. Karena itu, beri ia pengertian bahwa meski ada adik yang mungkin sangat menyita waktu dan perhatian, ia tetap merupakan anak mama dan papa yang istimewa.