Penyebab Anak Mendengkur

Anak mendengkur hampir tiap malam? Cari tahu penyebabnya berikut ini.

Memang, bukan cuma orang dewasa yang sering mendengkur. Penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa 11 – 12% anak berusia 1 – 9 tahun mendengkut, dengan frekuensi 3-4 kali seminggu. Menurut Dr Ronny Suwento, Sp THT(K) dari Departemen Telinga Hidung dan Tenggorokan, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, secara prinsip tidak ada perbedaan mengorok pada orang dewasa dan anak. Keduanya berhubungan dengan masalah saluran pernapasan.

Mendengkur adalah suara napas yang berbunyi akibat getaran udara yang lewat melalui saluran napas atas. Saat tidur, otot-otot  tubuh menjadi relaks, termasuk otot-otot di saluran pernapasan, udara pun harus melewati jalan yang lebih sempit. Suara ngorok berasal dari aliran udara pernapasan yang mengalami hambatan.

Pada tempat yang mengalami penyempitan, aliran udara pernapasan menjadi ”deras” sehingga timbul bunyi. Semakin banyak hambatan, semakin tinggi tekanan udara, semakin keras bunyi mengorok. Mungkin prinsipnya sama seperti udara yang melewati seruling bambu. Tekanan jari pada seruling akan membuat bunyi yang keluar semakin nyaring.

”Pada anak, penyebab tersering adalah pembesaran amandel (terletak di belakang rongga mulut) dan adenoid (terletak di belakang rongga hidung), akibat  infeksi dan alergi,” katanya. Amandel dan adenoid bertugas ’menangkap’ kuman yang masuk ke dalam tubuh dan melindungi anak dari penyakit. Saat melawan kuman terkadang amandel dan adenoid membengkak, merah, dan meradang. Ini menyebabkan terhalangnya aliran udara. Itu sebabnya Mama akan menemukan bayi mengorok saat mereka terserang batuk dan pilek. Jika infeksi dan peradangan diatasi, maka si kecil pun tidak akan mengorok lagi.  

Hal serupa juga sering dialami oleh anak-anak yang memiliki bakat alergi, allergic rhinitis dan alergi yang berhubungan dengan pernapasan. ”Pada kondisi alergi akan terjadi pembengkakan  selaput lendir hidung  yang menyebabkan pembesaran adenoid. Saat itu, anak terlihat sulit bernapas melalui hidung sehingga bernapas melalui mulut,” jelas dr. Ronny.
Alergi ini paling sering menyebabkan seorang anak berusia di bawah satu tahun mengorok. Untuk mengatasinya, sama seperti menangani masalah alergi pada umumnya, yaitu menghindari faktor alergen, seperti debu dan asap rokok. Sering-sering membersihkan boneka dan mengganti selimut – alas tidur anak ya, Ma.

Namun, terkadang mendengkur pada anak, juga berhubungan dengan tumbuh kembang anak. Dokter Ronny mencontohkan, mungkin ukuran rahang bawah anak masih kecil namun seiring bertambahnya usia, ukuran rahangnya ikut tumbuh, sehingga ngorok dapat hilang setelah perkembangan rahang yang optimal.
    
Jika papa dan anak sama-sama mendengkur, coba perhatikan postur tubuh mereka, apakah keduanya sama-sama kelebihan berat badan atau bahkan obesitas? Ini bukan karena persamaan sifat tapi karena persamaan masalah. Menurut dr. Ronny, faktor obesitas sangat berperan pada ngorok baik pada anak dan dewasa.

”Pada anak dengan obesitas, kumpulan lemak yang berlebihan di daerah leher akan menekan saluran napas terutama pada posisi terlentang,” katanya menjelaskan. Jika kasusnya obesitas, perubahan pola makan dan mengelola berat badan bisa jadi solusi.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia