Anak Menyentuh Alat Kelamin, Normalkah?
Sejak lepas dari popok, Reynard (2) senang memasukkan tangannya ke dalam celana. Mamanya, Mariskha Renata, yang tinggal di Jatibening, Jakarta, tahu bahwa itu adalah perilaku yang normal, tetapi tetap saja merasa risih dibuatnya. Terlebih bila tindakan itu dilakukan di luar rumah. “Saya bolak-balik melarang Reynard, tetapi tetap saja dia begitu lagi,” keluh Mariskha.
Bagi batita, semua jenis penjelajahan adalah normal, Ma! ”Eksplorasi pada alat kelamin sama tak berdosa-nya dengan penjelajahan pada tangan, kaki dan wajah,” kata Keyvan Geula, terapis anak dan keluarga dari California, Amerika.
Pada mulanya, anak menyentuh alat kelaminnya karena dorongan rasa ingin tahu. Setelah menemukan bahwa tindakan itu bisa menimbulkan sensasi nikmat, tangannya akan sering kembali lagi ke sana.
Meski menimbulkan perasaan risih, Mama tak perlu khawatir berlebihan, karena tindakan itu bukanlah masturbasi dan sama sekali tidak mengarah pada perilaku seksual. Melarang anak mengeksplorasi alat kelamin kemungkinan akan meningkatkan frekuensi kegiatannya. Juga, akan menimbulkan pikiran pada anak bahwa sensasi nikmat yang dia rasakan adalah suatu hal yang buruk dan terlarang.
Lalu apa pendekatan terbaik? ”Jika berada di rumah, abaikan saja tingkah lakunya itu. Reaksi berlebihan malah akan membuatnya tambah ingin tahu,” kata Geula. Beda ceritanya kalau anak melakukannya di tempat umum. Selain menyalahi norma kesopanan, tindakan tersebut juga berisiko menimbulkan rangsangan yang berbahaya pada pelaku pedofilia (kelainan seks yang menyukai hubungan seksual dengan anak-anak), jika kebetulan menyaksikannya.