Agar Balita Mudah Memahami Waktu
Batita mulai bisa memahami bahwa satuan waktu terkecil yaitu hari, bukan jam dan menit. Konsep waktu yang ia kenal adalah siklus umum yang dimulai dengan rutinitas pagi, Papa berangkat ke kantor, jam makan, waktunya tidur siang, saatnya seluruh keluarga berkumpul kembali di rumah, dan ritual sebelum tidur malam. Meski batita memiliki kecenderungan membuang waktu, namun ia tetap mendambakan rasa aman dari rutinitas yang bisa diprediksi, dan menuntut setiap orang mematuhi jadwal. “Jika orang tua punya pola yang tetap – katakanlah mereka bangun pukul 7.00, sarapan pukul 7.30, dan semua orang siap berangkat pada pukul 8.00, maka anak-anak akan segera memahami dan menyesuaikan diri,” ujar Robert Billingham, PhD., profesor kajian pengembangan manusia dan keluarga dari Indiana University.
Anda mungkin menganggap batita mulai dapat memahami konsep waktu karena saat berusia dua hingga tiga tahun, ia sering menggunakan kata atau frasa yang berkaitan dengan waktu. Contohnya, ‘sebentar lagi’, ‘nanti malam’, ‘besok’, atau ‘tadi pagi’. Namun menurut Susan Graham, mantan direktur pendidikan untuk SmarterKids, “Jika keluarga Anda membicarakan tentang waktu dan menggunakan kata-kata yang berhubungan dengan itu, maka anak Anda akan dengan sendirinya menyerap dan menggunakannya, meskipun ia belum mengetahui artinya.” Dan karena batita mulai menuntut kontrol lebih besar terhadap jadwalnya, ditambah dengan kurangnya pemahaman akan konsep waktu, maka akan sangat sulit bagi ia mengikuti zona waktu Anda. Coba permudah masa peralihan ini dengan menggunakan timer yang akan berbunyi sebagai penanda berakhirnya sebuah kegiatan.
Setelah menguasai rutinitas harian, dan bahkan mingguan, seorang anak usia 4 tahun mulai memahami bahwa setiap peristiwa terjadi pada waktu yang spesifik: ‘Pukul delapan, saya tidur malam’ atau ‘Setiap Senin, saya pergi ke sekolah’. Namun demikian, secara kognitif, sebagian besar prasekolah belum dapat mengerti perbedaan antara satu menit dengan lima menit, atau apa artinya minggu, bulan, dan tahun. “Saya menganjurkan orang tua jangan pernah menggunakan satuan waktu yang spesifik kepada anak karena itu belum berarti apa-apa bagi mereka,” ujar Billingham.
Ada baiknya, Anda masih menggunakan timer untuk membantu ia tetap bisa sesuai jadwal. Namun, cobalah tetap fleksibel. Jika Anda mengatakan kepada anak, “Tiga menit lagi kamu harus sudah selesai pakai sepatu, atau Mama akan tinggal,” maka pasanglah timer selama lima menit. Anda juga bisa menghitung mundur secara verbal sehingga jeda tiap hitungan bisa dimodifikasi.
Ketidakmampuan si prasekolah memahami satuan waktu bukan berarti ia tidak mengingat dengan rinci kejadian yang sudah ia lalui. “Pagi-pagi aku minum susu di mobil, lalu masuk sekolah. Pulangnya, aku sama Mama main sebentar di taman, Mama mendorongku di ayunan. Lalu aku dan Mama makan siang di mal. Eh, temanku sama mamanya juga makan siang di sana, lho. Aku dadah-dadah sama temanku.”
Waktu, sama seperti berbagai hal lain bagi si prasekolah, adalah sesuatu yang pribadi. Anda mungkin akan terkejut dengan ingatan anak, karena ia tidak hanya hapal urutan kejadian, tetapi juga detail di setiap menitnya. Ia mungkin tidak tahu dengan pasti berapa hari dalam satu minggu, tetapi ia memahami waktu yang berkaitan dengan rutinitasnya sendiri.