Antibiotik Lebih Cepat Sembuhkan Anak Sakit?
Antibiotik sering menjadi satu paket dengan obat-obatan dari dokter. Beberapa hal tentang antibiotika ini penting Anda cermati:
1. Jika si kecil sakit, benarkah akan lebih cepat sembuh dengan antibiotika?
Mitos mengenai antibiotika yang sering ditemui di Indonesia adalah antibiotika merupakan obat sakti yang bisa menyembuhkan semua jenis penyakit lebih cepat daripada kalau tidak menggunakan antibiotika. Sehingga, sering kali antibiotika digunakan untuk penyakit karena infeksi virus, seperti flu, selesma atau diare akut cair. Padahal, antibiotika sama sekali tidak efektif untuk penyakit akibat virus (sama sekali tidak bermanfaat, bahkan bisa merugikan!).
Penggunaan antibiotika yang tidak tepat, termasuk pemilihan jenis antibiotika, cara dan lama pemberiannya, membuat bakteri menjadi resisten, serta makin sering konsumsi antibiotika akan makin sering jatuh sakit. Kebiasaan menggunakan antibiotika secara tidak tepat, frekuensi pemberian yang keliru, atau waktu pemberian terlalu singkat, atau terlalu lama akan mengurangi effi cacy-nya (keampuhannya) sebagai pembunuh mikroba dan juga menimbulkan masalah resistensi yang cukup serius.
2. Apa obat gantinya jika si kecil menolak antibiotika? Obat racikan?
Ketika terbukti mengalami infeksi bakteri jahat, misalnya ISK, antibiotika harus diberikan secara tepat. Untuk anak, pilihannya adalah dalam bentuk sirup. Ketika ia menolak, Anda harus putar akal untuk membuatnya lebih ‘tolerable’ bagi anak. Misalnya, menambahkan sedikit gula bubuk, madu (pada anak di atas usia 1 tahun), parutan buah, dll. Tidak perlu atau jangan diganti ke bentuk racikan (puyer).
3. Sampai kapan si kecil minum antibiotika?
Kalau memang anak didiagnosis menderita penyakit akibat infeksi bakteri dan membutuhkan antibiotika, antibiotika harus diberikan sesuai panduan penyakit tersebut, tepat berdasarkan diagnosis, dengan pilihan antibiotika yang tepat, serta dosis dan aturan yang tepat pula.
4. Apa akibatnya jika ia tidak menuntaskannya?
Ketika anak mengalami sakit akibat infeksi bakteri jahat, ia harus ‘membasmi’ bakteri jahat tersebut sesuai panduan (guideline)
yang sudah disusun dunia kedokteran. Jika si kecil tidak mengonsumsi antibiotika secara tuntas (misalnya karena merasa sudah lebih baik), kemungkinan besar bakteri tersebut akan menjadi resisten. Jadi, sangat penting untuk tetap mengonsumsi antibiotika sesuai panduan penyakit dan tidak menghentikannya semata-mata karena merasa kondisi tubuh sudah membaik.
Misalnya, saat terkena infeksi bakteri TB, konsumsi antibiotika dilakukan selama 6 bulan. Atau, ketika mengalami infeksi saluran kemih (ISK), konsumsi antibiotika dilakukan selama 7 hari meski keluhan gangguan berkemih sudah terasa membaik.
Konsultan : DR. PURNAMAWATI S., SP.AK, MMPED.