5 Cara Ajarkan Anak Terima Kekalahan
Berjuang keras menjadikan anak Anda juara di berbagai bidang, boleh-boleh saja. Namun, jangan lupa, Ma, untuk bisa menjadi yang terbaik, anak juga mesti belajar menerima kekalahan secara sportif. Ini yang bisa Mama lakukan:
- Ajari berempati. Pada usia ini, anak mulai mampu membayangkan dirinya berada di posisi orang lain. Inilah modal dasar dari sikap empati. Jika dibimbing, anak akan mengerti, bila berada di posisi pemenang, ia pun akan merasa senang saat orang lain berbahagia untuknya. Katakan, merasa sedih itu wajar saja, tetapi tak perlu sampai berlarut-larut karena tidak ada gunanya.
- Usaha, keterampilan, dan bersenang-senang. Ajak anak memahami, meski gelar juara bisa membanggakan, ada hal lain yang juga penting dan bisa membuat kita senang kala mengikuti pertandingan. Yaitu, belajar berusaha mendapatkan apa yang diinginkan, latihan guna mengasah kemampuan, dan having fun! Apalagi, bila pertandingan diikuti secara berkelompok, di mana menang ataupun kalah ditanggung bersama-sama.
- Pertanyaan yang tepat. Jika tak sempat menyaksikan laganya di pertandingan secara langsung, lontarkan pertanyaan yang tepat ketika Anda bertemu dengan anak, misal, ”Asyik nggak pertandingannya?” Hindari bertanya seperti, ”Jadi siapa yang menang?” Berikan pembicaraan bernada positif, dan pujilah usahanya, apa pun hasil yang ia bawa pulang.
- Beri contoh. Ketika Anda bermain bersama anak di rumah, misal basket atau monopoli, ajari ia cara menerima kemenangan dan kekalahan dengan memberi contoh. Saat Anda kalah, tunjukkan raut wajah senang, dan beri selamat ke pemenang. Bila Anda yang menang, tunjukkan bahwa pemenang tidak boleh menyombongkan dirinya dan mencela orang yang kalah.
- Jangan selalu mengalah. Demi menjaga suasana, sering orang tua sengaja mengalah ketika bermain bersama anak. Padahal, agar anak bisa menjadi ‘ahli’ menerima kekalahan dengan baik, ia butuh pengalaman berkali-kali menjadi pihak yang kalah.