4 Kiat Ajak Anak Olahraga di Gym
Pada dasarnya, anak-anak aktif bergerak dan suka eksplorasi. Itulah cara mereka belajar mengenal dunia, berolahraga, sekaligus mengembangkan berbagai macam skill. Tetapi, pola hidup lembam, seperti lebih banyak duduk diam bermain games di gadget canggih atau nonton TV berjam-jam, mengancam banyak anak saat ini. Tentu saja, Priscillia Deasy, guru gymnastics, hiphop dance, stage performance di Rockstar Gym yang telah cukup lama menjadi guru gym untuk bayi dan anak-anak itu tidak mau itu terjadi pada putrinya, Mikaela (2).
Deasy selalu memperhatikan milestone yang harus dicapai Mikaela di setiap tahapan usia dan menyesuaikan aktivitas serta permainan yang bisa membantu anak untuk mencapainya. Dia mengamati, anaknya yang sangat aktif itu suka sekali musik dan menari. “Tiap kali mendengar lagu, dia akan menari. Karena itu, saya senang mengajaknya bergerak dan menari diiringi musik,” kata mama yang juga suka menari sejak kanak-kanak.
Baca juga : 18 Ide Permainan Agar Anak Aktif Bergerak
Selain aktivitas dan bermain di rumah, sejak usia satu setengah tahun, Deasy mengikutkan Mikaela ke kelas baby dance dan baby gym. Tentu saja, di kelas ini bukan Deasy yang menjadi pengajar, dan Mikaela kerap ditemani papanya saat nge-gym. Alasan dia memasukkan putrinya ke kelas itu awalnya adalah karena Mikaela kerap tampak takut bila bertemu orang lain, selalu mundur, dan tidak ramah. Deasy berharap, dengan bertemu banyak orang, perilaku anaknya akan berubah, menjadi lebih berani. Di samping itu, sebagai guru di kelas baby dance dan gym, dia juga menemukan bahwa teman yang banyak juga memicu anak untuk lebih cepat mengembangkan kemampuan motorik kasar dan sensoriknya.
“Pada dasarnya, anak-anak suka meniru. Di kelas, misalnya, anak-anak usia 1 tahun yang belum bisa berjalan, akan berusaha meniru teman-temannya yang sudah bisa berjalan. Mikaela pun begitu, saat pertama kali masuk kelas, dia belum bisa menyusun puzzle dan memasukkan gelang-gelang, tapi dengan melihat temannya, dia bisa melakukannya dengan cepat,” kata Deasy.
Hal positif lainnya, perilaku Mikaela memang berubah menjadi lebih berani dan mulai menyapa saat bertemu orang lain, antusias bertemu teman-teman sebaya, lebih happy berada di lingkungan banyak orang. Setiap habis ikut kelas pun tidurnya jadi lebih nyenyak dan cukup, serta menjadi tidak mudah rewel.
Deasy mengatakan bahwa yang penting diperhatikan saat mengajari anak di usia dini untuk aktif bergerak adalah bonding dengan orang tuanya. “Bonding dengan anak itu sangat penting. Karena, ketika anak merasa nyaman dekat dengan orang tua, maka dia akan lebih cepat berkembang. Kita bisa kasih tahu anak tentang sesuatu yang bagus dan perlu ditiru dengan melakukannya terlebih dahulu. Dia akan melihat kita, merasa nyaman karena kita mendampinginya, lalu timbul keinginan untuk meniru. Bonding ini pula yang ditekankan di kelas baby gym. Guru hanya mengajarkan caranya, orang tualah yang harus aktif dan mengajari anak di rumah,” kata Deasy.
Baca juga : Bila Anak Tak Suka Olahraga Permainan
Berikut ini beberapa hal yang perlu mama ketahui berkaitan dengan aktivitas anak di gym:
-Perhatikan minat anak. Biasanya, ada beberapa aktivitas untuk di pilih. Perhatikan minat si kecil. Karena mama yang paling tahu anaknya, maka mama juga yang harus peka apa yang disukai anak. Ada anak yang suka menari dan menari, maka dia bisa dimasukkan ke kelas baby dance. Bagaimana kalau anak tidak suka musik atau diam saja saat diputarkan musik? Mungkin dia lebih suka aktivitas yang sifatnya atletis, sehingga lebih cocok masuk baby gym. Tidak apa.“Tipe anak beda-beda, kita tidak bisa memaksa. Tetapi, jika anak terlihat diam malu-malu, bisa dicoba beberapa kali pertemuan, supaya anak merasa nyaman. Bisa saja ini berkaitan dengan kemampuan anak beradaptasi, ada yang cepat, ada yang lambat,” kata Deasy.
-Bonding dengan orang tua. Ini penting, agar anak merasa nyaman. Bonding membuat anak cepat beradaptasi dan mau beraktivitas dengan gembira. Jangan hanya meminta anak beraktivitas, sementara Anda hanya diam mengamati. Anda harus aktif bersamanya. Kuncinya, kalau orang tua aktif, anak tidak akan sulit diajak aktif.
-Belajar kemandirian. Di usia 6 bulan-1 tahun, anak harus didampingi penuh saat beraktivitas. Menyanyi, menari, diayun-ayun, dll dilakukan bersama orang tua. Semakin besar, semakin lihai gerak tubuhnya, maka anak juga sudah saatnya belajar mandiri. Misalnya, kalau di kelas bayi dia yang diayun-ayun, maka ketika usia 3 tahun, anak yang mengayun-ayun bonekanya. Lama-lama dia bisa dilepas sendiri di kelasnya. Kemandirian diajarkan lewat permainan dan performance.
-Tidak hanya belajar olah tubuh dan mengembangkan keterampilan motorik dan sensorik, aktivitas di gym juga penting untuk belajar berkomunikasi dengan orang tua dan life skill. Misalnya, setelah selesai bermain bersama teman-teman, anak diajari untuk membereskan mainan. Diharapkan, di rumah pun dia akan melakukan hal yang sama.
Foto: 123rf
Baca juga : Bolehkah Makan Sebelum Olahraga?