Seks Tetap Seru, Meski Sudah Punya Anak
Menjadi orang tua pasti mengubah hampir setiap aspek kehidupan, termasuk kehidupan seksual. Dari yang tadinya spontan, seks jadi masuk ke kegiatan yang musti direncanakan. Dari yang tadinya rutin, sekarang jadi jarang. Ada saja halangan. Namun, jangan menyerah untuk urusan satu itu, semua ada siasatnya.
Jika Anda tinggal di rumah orang tua...
Kadang-kadang privasi memang berkurang saat kita tidak tinggal di rumah sendiri. Urusan bercinta jadi diliputi kekhawatiran. Dalam kasus ini, ada baiknya Anda membeli ranjang yang bagus dan tidak menimbulkan bunyi-bunyi berderak atau apa pun saat ‘digunakan’. Meski Anda dan pasangan lebih bergairah saat mengeluarkan suara-suara khas orang bercinta, mau tak mau mulut ini harus direm, atau setidaknya diminimalkan volumenya. Sebenarnya ada untungnya juga, lho, serumah dengan orang tua. Jadi, saat si kecil asyik bermain bersama kakek-neneknya atau tantenya, Anda berdua bisa mencuri waktu.
Jika Anda tidur sekamar dengan bayi...
Banyak orang tua memilih tidur sekamar, bahkan satu ranjang, dengan bayi mereka. Risikonya, jadwal bermesraan dengan suami pun jadi harus direncanakan dengan baik, mengikuti waktu tidur si kecil. Tetapi, meski bayi tertidur sekalipun, selalu saja ada rasa was-was. Khawatir bayi terbangun dan melihat ‘permainan’ orang tuanya. Namun, yakinlah, si kecil tak akan mengingat adegan yang terjadi di depan matanya sekali pun. Beberapa pasangan juga mungkin merasa risih dan susah ‘on’ di ranjang ketika ada bayi di samping. Solusinya, pindahkan si kecil ke boks bayi. Atau, biarkan ia tidur di ranjang sementara Anda berdua beraksi di lantai beralas karpet atau sofa di dalam kamar.
Jika Anda tidur sekamar dengan batita...
Situasi ini sedikit lebih rumit, karena daya ingat batita umumnya sudah lebih baik dibanding bayi. Umumnya batita ‘tidak peduli’, bila ia tiba-tiba terbangun dan menangkap basah Anda sedang intim. Tetapi, ada juga anak yang jadi takut atau khawatir karena mengira sesuatu terjadi dengan ayah dan bundanya. Nah, kalau ini terjadi, siap-siap menjelaskan bahwa Anda hanya sedang bermain permainan orang dewasa, dan si kecil tidak perlu takut. Anda mungkin bisa menyiasati dengan menempatkan semacam partisi di sudut kamar, yang jika Anda berada di baliknya, si kecil di tempat tidur tidak akan bisa melihat Anda.
Jika balita Anda masih ingin tidur dengan Anda...
Sebenarnya, si kecil sudah cukup besar untuk tidur sendiri di kamarnya. Tetapi, seringkali di tengah malam ia terbangun dan naik ke ranjang Anda, lalu terlelap lagi di samping Anda. Kalau ini yang terjadi, tunda dulu segala aktivitas seksual. “Prinsipnya, kita tidak boleh melakukan aktivitas seksual di depan anak-anak,” ujar Amy Lang, edukator kesehatan dan pendiri Birds+Bees+Kids. “Hubungan ayah dan bunda memang penting, tetapi tetap saja kepentingan anak harus didahulukan.” Solusinya, setelah si kecil terlelap di ranjang Anda, coba pindahkan lokasi bercinta ke tempat lain. Jangan lupa sediakan kaos, daster atau jubah kamar dalam jangkauan Anda untuk berjaga-jaga kalau si kecil bangun lagi.
Jika Anda tertangkap basah...
Akhirnya anak-anak tidur juga! Anda bergegas ke kamar, mengenakan sesuatu yang seksi dan segera beraksi bersama suami tercinta. Mendadak terdengar, “Bunda…,” dan saat Anda menoleh, tampak si kecil di pintu kamar Anda memandang bingung ke arah orang tuanya. Tidak perlu panik saat kepergok si kecil. Katakan dengan santai, “Sayang, Ayah dan Bunda minta waktu berdua dulu, ya. Sebentar lagi Bunda akan menyusul ke kamarmu.” Saat menghampiri si kecil di kamarnya, tanyakan apakah ia baik-baik saja, dan yakinkan bahwa ia tak perlu takut. Temani sampai si kecil terlelap kembali, dan kalau Anda masih in the mood, lanjutkan kegiatan Anda bersama suami. Kali ini jangan lupa kunci pintunya, ya!
Jika pintu kamar Anda diketuk-ketuk...
Hari minggu siang, dan anak-anak sibuk bermain. Anda bilang kepada mereka bahwa ayah dan bundanya mau tidur siang sebentar. Foreplay sudah memanas ketika ketukan di pintu makin keras disusul teriakan, “Bunda, bukain pintu! Aku mau masuk!” Penting bagi anak-anak memahami orang tuanya perlu privasi. Meski demikian, Anda tidak perlu menjelaskan detailnya. Jadi, jangan ragu membiarkan anak mengetuk-ketuk pintu selama beberapa saat, selama ketuk pintunya bukan disebabkan hal emergency. Jika anak bertanya, jawab dengan singkat dan jujur, namun jangan terlalu gamblang. Sesuaikan saja dengan usia dan tingkat pemahamannya. Perkenalkan konsep waktu privasi dan keharusan mengetuk pintu sampai diizinkan masuk ke kamar orang lain.
(SAN/IS)
Baca juga: Seks Setelah Melahirkan